Dalam beberapa tahun terakhir, saya mencium ada gelagat kebijakan naturalisasi yang semata-mata didasarkan pada desakan klub agar mereka bisa menghemat kuota pemain asing dan tidak menyalahi statuta. Klub lah yang menyodorkan nama-nama pemain guna didaftarkan lewat bantuan PSSI. Bukan murni untuk kebutuhan teknis di lapangan. Bisa jadi ada "lobi-lobi" di bawah meja dalam penentuan pemain yang akan dinaturalisasikan.
Regulasi LIB bisa diakali dengan cara mengganti paspor pemain luar negeri. Kabarnya, ada klub yang rela membayar sekitar Rp50 juta guna mengubah status pemain menjadi WNI. Adapun Persib menjadi salah satu klub yang memliki banyak pemain naturalisasi.
Berbeda dari tren naturalisasi pemain pada masa sebelumnya, keempat pesepak bola keturunan itu adalah rekomendasi langsung dari Shin Tae-yong. Saya meyakini, pilihannya telah diputuskan secara cermat dan terukur. Mereka lah yang akan mengisi lubang-lubang yang ditinggalkan pemain lokal.
Dari berbagai partai yang sudah dijalani bersama timnas, Shin Tae-yong sangat mengandalkan kolektivitas pemainnya. Ia kerap memakai skema dasar 4-1-4-1. Saat menyerang, ia akan mengusung formasi 3-2-4-1 atau 3-2-5. Skema itu identik dengan skema andalan Manchester City ala Pep Guardiola.
Ia cenderung gemar menumpuk pemain di tengah, dengan menarik salah satu full back guna bermain lebih ke dalam. Oleh sebab itu, diperlukan sosok pemain serba bisa dalam melakukan transformasi dari satu posisi ke posisi lain. Seorang pemain dengan kontrol bola dan ketenangan tinggi agar lini tengah timnas Garuda lebih kuat dan variatif. Sandy Walsh adalah sosok yang tepat untuk mengisi peran itu sebagai pemain bertipikal versatile.
Adapun kedatangan Jordi Amat dan Mees Hilgers diharapkan bisa menutup kelemahan timnas yang sering kebobolan dalam skema set piece. Dengan postur mencapai 184 cm dan 183 cm, mereka bisa menutup kelemahan itu. Sementara Kevin Diks yang berpostur 184 cm bisa menjadi tandem yang kokoh untuk Elkan Baggott di jantung pertahanan.
Jam terbang yang tinggi di kompetisi benua Eropa juga menjadi faktor penentu penggawa keturunan itu guna dipanggil Shin. Semoga dengan kehadiran mereka, timnas Indonesia dapat berbicara banyak dalam setiap kompetisi.
Meski begitu, langkah naturaliasi juga harus diikuti dengan perbaikan persepakbolaan nasional secara masif dan menyeluruh. Pemain produk naturalisasi memang bisa memberikan opsi serta mengangkat kualitas permainan. Namun, semua hal itu tak akan bekerja efektif tanpa adanya tata kelola sepak bola yang baik dalam program jangka panjang PSSI.
Belajar dari Vietnam
Timnas Vietnam merupakan kesebelasan yang amat menjunjung tinggi idealisme. Betapa tidak, Vietnam mampu menjuarai Piala AFF edisi tahun 2008 dan 2018, tanpa satu pun pemain naturalasasi.
Sensasi sepak bola Vietnam bukan hanya keajaiban, tetapi sebagai hasil strategi sepak bola jangka panjang. Prestasi mereka juga mencerminkan kemajuan Vietnam dalam setiap aspek, yang mana sepak bola adalah bagian yang mudah terlihat dari keseluruhan.
Pelatih dan federasi sepak bola Vietnam sangat mempercayai kemampuan talenta lokal. Timnas Vietnam pada era Park Hang-seo memang telah menjelma menjadi raja di Asia Tenggara. Tentu raihan itu membuat mereka sudah tak perlu lagi melakukan impor pemain.