Sontak, seisi warung dia buat terperanjat. Mereka kompak menyesalkan sikap sang bule tengil yang tidak mengobrol dengan menggunakan bahasa Jawa sejak awal.
Bagi pecinta konten komedi di YouTube, tentunya sudah tak asing dengan dialog di atas. Seorang bule berdarah Australia itu memang selalu tampil menggunakan bahasa Jawa dalam setiap videonya.
Dia mulai dikenal publik usai mengover sebuah lagu lawas gubahan Joshua yang berjudul "Diobok-obok" menggunakan dialek Jawa pada 2016 lalu. Videonya itu berhasil merebut atensi si penyanyi asli. Joshua bahkan pernah membuat konten reaksi dari video perdana yang diunggah oleh sang bule berlogat medok tersebut.
Kini, pria kelahiran Negeri Kanguru ini sudah mengantongi lebih dari 4,43 juta pelanggan (subscribers) dalam platform YouTube melalui akun LondoKampung. Konten karyanya saat ini bahkan sudah ditonton sebanyak 436 juta kali lebih.
Londo (bule), berambut merah, humoris, dan sangat jago menuturkan dialek Jawa khas Suroboyoan. Beberapa atribut yang melekat erat di dalam diri David Andrew Jephcott alias Londo Kampung.
Para penggemarnya acap memanggilnya dengan sebutan "Cak Dave" supaya lebih membumi. Adapun "cak" sendiri, adalah panggilan khas di wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya, yang berarti "bang" atau "mas".
Aksen medok Suroboyoan yang selalu ia tuturkan, terkesan amat kontras dengan tampangnya. Hal itu lah yang sering kali bikin orang heran. Tidak lama, tawa pun pecah. Mereka bingung dengan Cak Dave yang seorang bule, tetapi bisa berbahasa Jawa dengan begitu lancar.
''Gumun ta, Aku ngomong Jowo?'', ialah kalimat pamungkas yang acap ia katakan dalam setiap konten prank-nya. Artinya, "Heran ya, Aku ngomong bahasa Jawa?"
Saya sendiri pun sempat terheran-heran. Mana mungkin bule bisa sefasih itu kala menuturkan dialek Jawa ala Suroboyoan dengan aksen yang amat medok. Bahkan logat medoknya lebih kental ketimbang gaya tutur orang-orang asli Surabaya.
Ternyata, sejak usia dua tahun, sekitar tahun 1989, dia diboyong orangtuanya untuk pindah ke Indonesia karena sang ayah mendapatkan kesempatan untuk bekerja sebagai dosen di Kota Surabaya.
Di kota yang sama, Cak Dave mengikuti program pendidikan "homeschooling" dengan menggunakan bahasa Inggris. Namun, di luar rumah, dia lebih sering berinteraksi dengan bocah-bocah asli Surabaya di sekitar tempat tinggalnya, yang berbicara melalui bahasa Jawa.