Setelahnya, banyak pamflet bertebaran di jalanan yang bertuliskan; Tidak Memilih Hak Saudara, Tolak Paksaan dari Manapun, dan Golongan Putih Penonton yang Baik.
Bagi mereka, Pemilu 1971 hanya wujud ilusi demokrasi dan seremonial belaka. Tidak ada perubahan ke arah lebih baik yang dapat diharapkan dari kerusakan proses pemilu semacam itu.
Gejala Golput Pemilu 2024
Pasca jatuhnya era Orde Baru, ternyata semangat golput masih tetap menyala. Bahkan, ada tren kenaikan, baik dalam pemilihan legislatif, pimpinan daerah, maupun presiden. Sebagian besar para pelakunya didominasi oleh orang yang menganut golput ideologis.
Golput ideologis adalah prinsip politik yang menilai bahwa tak ada kontestan yang cukup pantas guna diberi mandat. Sikap politik itu dipilih sebagai bentuk protes terhadap para kontestan pemilu yang mereka anggap tidak kompeten.
Disebut golput ideologis lantaran para pelakunya memiliki argumentasi yang sangat kuat dan masuk akal. Keputusan mereka memilih golput bertumpu pada proses pemikiran dan kesadaran penuh.
Perlu diketahui, golput merupakan hak politik. Tidak ada satu pun entitas yang dapat mencegah orang untuk memilih abstain. Selain lantaran tidak dilarang undang-undang, gerakan golput tidak termasuk tindakan kriminal.
Yang dilarang dan berpotensi terkena delik hukum, adalah jika kita terbukti mengajak orang lain tak memilih atau melakukan aksi yang membuat pemilih tidak bisa menggunakan hak pilihnya.
Meskipun Pemilu 2024 masih jauh, isu mengenai golput ideologis itu kembali mencuat. Beberapa kelompok bahkan mulai menyerukan golput dalam ajang pemilu serentak mendatang.
Mereka meyakini bahwa tidak memilih salah satu kontenstan, juga merupakan sebuah pilihan. Sebab, mereka percaya, golput juga termasuk hak politik setiap warga negara.
Munculnya gejala golput itu disebabkan adanya kekecewaaan dan ketidakpuasan masyarakat pada pemerintah, sekaligus ketidakpercayaan mereka pada oposisi.
Pemerintah dinilai tidak berhasil dalam menuntaskan berbagai isu selama masa pemerintahannya. Adapun pihak oposisi juga dipandang tidak memiliki prospek kepemimpinan yang menjanjikan. Juga tidak memiliki rekam jejak yang baik.