Terkesan cukup meyakinkan untuk orang awam. Bagi orang-orang yang tidak bijak dalam menyikapi hoaks, klaim seperti itu akan semakin membuat masyarakat tidak percaya adanya Covid-19.
Terlebih, kalau hoaks itu mencatut nama para ahli di bidang kesehatan, contohnya dr. Lois Owien yang belakangan viral atas unggahan kontroversialnya. Maka, dapat dipastikan "penularan" hoaks di tengah masyarakat akan semakin tinggi pula.
3. Teori Konspirasi
Klaim Covid-19 sebagai hasil rekaan elite farmasi dunia merupakan salah satu teori konspirasi yang banyak dipercaya publik. Keyakinan itu dilandaskan pada asumsi bahwa virus korona hanyalah alat untuk mengontrol masyarakat serta mengeruk keuntungan dari keperluan medis seperti vaksin dan obat-obatan.
Akibatnya, muncul sebuah premis jika Covid-19 hanyalah penyakit 'flu biasa' yang dilebih-lebihkan untuk menakuti masyarakat agar mereka mau membeli vaksin serta dikontrol elite global.
Efek teori konspirasi dalam menggerus level kepercayaan publik akan semakin menguat kalau sudah dibumbui dengan hoaks, misalnya hoaks yang mengklaim bahwa vaksin sudah disusupi chip guna mengontrol umat manusia.
4. Pengalaman Pribadi
Seperti halnya Anji, mereka yang merasa sehat kendati terjadi kontak fisik dengan carrier virus, tak percaya Covid-19 akibat pengalaman pribadi yang dialaminya itu.
"Aku ada kontak fisik sama orang-orang yang positif korona nyatanya baik-baik aja. Aku jarang pake masker lho padahal. Masih hidup juga, kan." Begitu kira-kira pemikiran mereka.
Bahkan, kematian anggota keluarganya pun tak dapat mengubah pandangannya. Mereka tidak percaya virus korona sebab mereka tak mengalaminya sendiri (sakit terpapar Covid-19).
5. Kejenuhan
Seperti air panas, setiap manusia juga memiliki titik jenuhnya. Ketika sampai pada level kejenuhan, maka perubahan merupakan sebuah keniscayaan.
Mereka yang awalnya percaya, berubah jadi tak percaya akibat kejenuhan yang ditimbulkan oleh pandemi dan dampak turunannya.
Misalnya saja Anji, yang merasa jenuh lantaran adanya pembatasan kegiatan masyarakat yang diambil pemerintah. Kebijakan itu membuatnya tidak dapat menjalankan usaha. Finansial mampet.