Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kampus Bukan Babu Istana, Jangan Bungkam Suara Mahasiswa!

29 Juni 2021   11:49 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:16 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aksi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI). | SUMA.ui.ac.id

Kita semua paham batul bahwa kampus mengajarkan mahasiswanya agar selalu bersikap kritis dalam menjawab seluruh soal ujian serta menyikapi persoalan.

Sehingga, ketika mahasiswa mengkritisi sikap dan ucapan pemimpin negara yang dianggap kontra-produktif, mereka tidak seharusnya dibungkam oleh pihak yang telah mengajarkan metode berpikir kritis itu sendiri.

Kritik terhadap pemimpin negara dengan segala kebijakannya, adalah bentuk nyata pengabdian mahasiswa pada masyarakat. Aksi tersebut merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang menjadi nafas setiap kampus di antero negeri.

Artinya, aksi mereka dalam mengkritisi sikap presiden juga mewakili keresahan masyarakat. Kalau memang sikap kritis terlarang diterapkan di lapangan, maka sistem pendidikan Indonesia telah gagal dalam fungsinya mencerdaskan bangsa.

Lantas, untuk apa kita kuliah jika pihak kampus meminta mahasiswanya untuk bersikap apriori terhadap kondisi yang terjadi di sekitar mereka?

Pihak rektorat universitas justru patut mempertanyakan nalar mahasiswanya jika mereka tak mampu bersikap kritis terhadap sikap serta kebijakan pejabat negara. Bukan malah anti pati terhadap kritik yang mereka suarakan.

Kecuali, kampus memang telah benar-benar menjadi representasi babu istana. Semoga saja anggapan itu tidak benar.

Para pimpinan universitas seharusnya bangga dan mendukung penuh gerakan kritis mahasiswa. Aksi itu adalah bukti bahwa nalar mahasiswa memang masih waras, tidak seperti pejabat negara kita.

Seluruh data yang mereka ungkapkan juga menjadi parameter bahwa Negeri +62 tidak sedang baik-baik saja. Mereka mengangkat isu-isu yang jika dibiarkan akan tenggelam dengan sendirinya tanpa adanya solusi yang memihak rakyat.

Idealisme dan nyali mereka pun sangat layak diacungi dua jempol. Saat negara sedang gencar-gencarnya melakukan pembungkaman dan represi, mereka dengan amat lantang dan gagah berani menyuarakan keresahan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun