Kendati bisa membuat orang bergairah, kecerdasan hanya menempati peringkat kedua sebagai faktor yang paling disukai dalam diri seorang pasangan ideal.
"Baik dan pengertian" menempati posisi pertama. "Karakter" ketiga dan keempat yang paling tinggi peringkatnya masing-masing diduduki oleh "kepribadian yang menarik" dan "santai".
Artinya, kecerdasan bukan faktor utama dalam menentukan pasangan hidup bagi sebagian besar orang. Meski begitu, level intelegensi tentu menjadi nilai tambah.
Istilah sapioseksual sendiri sebenarnya mengandung paradoks, mengingat kata seksual yang melekat dalam terminologi baru tersebut.
Jika mereka memang benar-benar bisa terangsang secara seksual karena orang yang pintar, kriteria gender tradisional seharusnya tak akan pernah digunakan. Pasalnya, banyak pengguna di OKCupid yang masih menuliskan "hetero" atau "homo" di sebelah status sapioseksual yang dipilih sebagai orientasi seksual.
Hal itu senada dengan pendapat yang diutarakan profesor bidang kesehatan seksual asal AS, Debby Herbenick.
Debby mengatakan bahwa sapioseksual bukanlah orientasi seksual karena orang yang mengaku sebagai sapioseksual juga bisa mendaku diri sebagai gay, biseksual, aseksual, dll.
Oleh karena itu, akan lebih cocok kalau menyebut sapioseksual sebagai kriteria atau preferensi seksual--dalam memilih sosok pasangan ideal.
Sejatinya, menginginkan pasangan yang cerdas bukan preferensi yang unik. Lora Adair, seorang profesor psikologi di Lyon College, menyebut bahwa baik laki-laki maupun perempuan akan mendambakan kecerdasan pada pasangan, tidak peduli apakah mereka sapioseksual atau tidak.
Akan tetapi, mereka tidak memposisikan level intelegensia sebagai kriteria utama sebab ketertarikan tak hanya didasarkan pada kecerdasannya saja.