Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Sapioseksual, Saat Kecerdasan Bisa Bikin Orang Bergairah

6 April 2021   22:23 Diperbarui: 28 April 2022   05:37 3843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konsep sapioseksual. Sumber: Istockphoto oleh TanyaJoy

Cerdas itu seksi. Begitu pandangan yang sering diutarakan oleh orang yang menyatakan dirinya sebagai sapioseksual. Mereka bahkan bisa merasa bergairah tatkala bertemu dengan orang yang dinilai cerdas.

Memiliki kriteria idaman tertentu pada calon pasangan adalah hal yang sangat wajar. Beberapa akan tertarik terhadap penampilan fisik. Sementara yang lain tertarik pada status atau kepribadian.

Mungkin, Anda tertarik kepada individu kerena sifatnya yang sangat pengertian, sederhana, ramah, baik hati, setia, suka menabung, serta tidak sombong. Atau, bisa jadi Anda tertarik karena parasnya rupawan atau statusnya yang jutawan.

Selain itu, ada pula orang yang tertarik hanya pada satu hal yang amat spesifik. Mereka meyakini bahwa faktor tersebut lebih utama dibandingkan dengan yang lain dalam menentukan pasangan yang ideal. Misalnya, sapioseksual.

Walaupun ada kata "sapi" di dalamnya, sayangnya, terminologi "sapioseksual" sama sekali tidak ada kaitannya dengan mamalia pemamah biak tersebut.

Namun, kalau Anda memang betul-betul tertarik secara seksual dengan sapi, saya sarankan Anda untuk segera mendatangi klinik bersalin terdekat.

Pengertian sapioseksual. | flickr.com
Pengertian sapioseksual. | flickr.com
Orientasi ketertarikan seksual menurut level intelegensi dikenal dengan istilah sapioseksual. Sekali lagi, tertarik pada kepintaran seseorang, bukan pada sapi.

Sederhananya, orang yang menyebut diri sebagai sapioseksual ialah individu yang memandang kepintaran atau kecerdasan seseorang sebagai preferensi yang paling penting dalam memilih pasangan ideal.

Kata "sapio" berakar dari bahasa latin "sapere" yang berarti bijak. Kata yang sama juga digunakan untuk menyebut spesies manusia, yakni "Homo sapiens".

Kata sapioseksual belum tertulis dalam KBBI. Sementara dalam bahasa Inggris, terminologi itu disebut sapiosexual. Dan, pada tahun 2020, Meriam-Webster pun sudah mendefinisikan istilah tersebut.

Meriam-Webster menyebut sapioseksual sebagai istilah yang berarti "ketertarikan secara seksual kepada orang yang sangat cerdas".

Sapioseksual pertama kali mencuri atensi publik pada tahun 2014 lalu, kala layanan kencan daring OKCupid menambah jenis orientasi seksual sapioseksual yang dapat diidentifikasi oleh para penggunanya.

Istilah itu pernah viral usai sekitar 9.000 pengguna OKCupid mengidentifikasi diri sebagai sapioseksual. Akan tetapi, setelah mendapat banyak reaksi negatif, mereka akhirnya menghapus "sapioseksual" dari kategori identitas seksual pada 2019 lalu.

Pemakaian istilah itu sejatinya telah ada sejak tahun 2002 pada sebuah unggahan dalam blog Livejournal yang ditulis oleh seorang pengguna bernama Wolfieboy.

Individu yang digilai para sapioseksual biasanya memiliki pola pemikiran yang tajam, rasa ingin tahu yang tinggi, dan cenderung lugas saat berpendapat.

Ilustrasi sapioseksual, saat orang tertarik pada kepintaran orang lain. | Twitter @KarenSixtos
Ilustrasi sapioseksual, saat orang tertarik pada kepintaran orang lain. | Twitter @KarenSixtos
Terkadang, individu sapioseksual juga disebut nymphobrainiacs, atau mereka yang merasa terangsang untuk terlibat dalam perspektif intelektual orang lain.

Sapioseksualitas juga bisa dijumpai pada hubungan pertemanan kasual. Misalnya, Anda lebih suka berteman dengan orang-orang pintar karena Anda bisa berdiskusi terkait isu-isu seputar politik.

Menurut penulis AS, Diana Raab, Ph.D., dalam artikelnya di Psychology Today, orang yang mendaku diri sapioseksual percaya bahwa otak manusia termasuk organ seksual terbesar.

Mereka merasa bergairah serta antusias kepada lawan bicara yang memiliki rasa keingintahuan yang amat tinggi, berpikir tajam, serta terbuka akan hal-hal baru.

Ibarat "foreplay" pada hubungan badan, percakapan berbau filsafat, politik, atau psikologi mampu membuat sapioseksual "terangsang". Namun, tidak selamanya hal itu menjurus pada seksualitas.

Hal itu sejalan dengan hasil studi terbaru yang dirilis di laman jurnal Science yang menemukan bahwa sebagian besar orang menginginkan seorang pasangan cerdas, tapi hanya sebagian kecil yang mengaku bahwa mereka secara khusus terangsang oleh kecerdasan.

Kendati bisa membuat orang bergairah, kecerdasan hanya menempati peringkat kedua sebagai faktor yang paling disukai dalam diri seorang pasangan ideal.

"Baik dan pengertian" menempati posisi pertama. "Karakter" ketiga dan keempat yang paling tinggi peringkatnya masing-masing diduduki oleh "kepribadian yang menarik" dan "santai".

Artinya, kecerdasan bukan faktor utama dalam menentukan pasangan hidup bagi sebagian besar orang. Meski begitu, level intelegensi tentu menjadi nilai tambah.

Istilah sapioseksual sendiri sebenarnya mengandung paradoks, mengingat kata seksual yang melekat dalam terminologi baru tersebut.

Jika mereka memang benar-benar bisa terangsang secara seksual karena orang yang pintar, kriteria gender tradisional seharusnya tak akan pernah digunakan. Pasalnya, banyak pengguna di OKCupid yang masih menuliskan "hetero" atau "homo" di sebelah status sapioseksual yang dipilih sebagai orientasi seksual.

Hal itu senada dengan pendapat yang diutarakan profesor bidang kesehatan seksual asal AS, Debby Herbenick.

Debby mengatakan bahwa sapioseksual bukanlah orientasi seksual karena orang yang mengaku sebagai sapioseksual juga bisa mendaku diri sebagai gay, biseksual, aseksual, dll.

Oleh karena itu, akan lebih cocok kalau menyebut sapioseksual sebagai kriteria atau preferensi seksual--dalam memilih sosok pasangan ideal.

Ilustrasi sapioseksual. | Twitter @Zeus494
Ilustrasi sapioseksual. | Twitter @Zeus494
Jika masih ada orang yang menganggap bahwa sapioseksual termasuk orientasi seksual, tidakkah terkesan amat absurd jika mereka tiba-tiba tegang atau basah saat menonton video Albert Einstein?

Sejatinya, menginginkan pasangan yang cerdas bukan preferensi yang unik. Lora Adair, seorang profesor psikologi di Lyon College, menyebut bahwa baik laki-laki maupun perempuan akan mendambakan kecerdasan pada pasangan, tidak peduli apakah mereka sapioseksual atau tidak.

Akan tetapi, mereka tidak memposisikan level intelegensia sebagai kriteria utama sebab ketertarikan tak hanya didasarkan pada kecerdasannya saja.

Kepada Vice.com seorang dokter umum bernama Amir, mengungkapkan bahwa dia hanya mau berkencan dengan orang-orang yang ia nilai pintar.

"Aku selalau terpesona dengan sains dan ilmu pengetahuan. Aku udah master, punya gelar dokter, dan sekarang lagi ambil MBA. Aku pengin berkencan dengan orang-orang dengan pola pikir sama dan yang seru diajak ngobrol panjang," ungkap Amir.

Menyikapi banyaknya tudingan negatif terhadap sapioseksual, dia mengatakan, orang yang tidak tertarik kepada orang-orang berpendidikan tinggi justru patut dipertanyakan.

"Kalau kamu enggak tertarik sama orang berpendidikan dan cerdas, itu berarti kamu yang perlu dipertanyakan. Bukannya orang-orang cerdas yang tertarik sama orang-orang cerdas juga."

Orang-orang seperti Amir tidak percaya anggapan "jatuh cinta pada pandangan pertama" lantaran mereka tidak tertarik kepada seseorang atas dasar fisiknya.

Hal itulah yang memperlambat proses jatuh cinta pada seorang sapioseksual. Mereka dianggap terlampau pilih-pilih sehingga sulit menemukan pasangan.

Beberapa ilmuwan juga menyebut bahwa tertarik pada kecerdasan tidak memenuhi syarat klasifikasi untuk orientasi seksual. Sapioseksual hanyalah sebuah cara untuk mengklasifikasikan manusia berdasarkan kelas dan kemampuan otak mereka.

Bagi saya, intelektualitas memang seksi. Namun, jikalau diminta untuk memilih, saya menolak menjadikannya landasan utama guna menjalin sebuah hubungan.

Akan jauh lebih romantis jika pasangan saya lebih pintar dalam sutu bidang dan lemah dalam hal yang lain sehingga ada ruang untuk saling mengisi.

Mendaku sebagai seorang sapioseksual justru akan memberikan kesan arogan dan eksklusif. Sebab, ada kecendrungan menilai orang hanya sebatas dari faktor kecerdasannya saja.

Mereka sebetulnya hanya ingin berupaya memisahkan diri dari orang lain sehingga kesempatan untuk mengenal orang yang memiliki berbagai sifat dan karakter akan turut terminimalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun