Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ironi Instruksi "Tembak" Aparat terhadap Mahasiswa Papua di Malang

11 Maret 2021   22:57 Diperbarui: 12 Maret 2021   01:47 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Veronica turut mengecam peristiwa itu bahwa instruksi Leonardus menunjukkan diskriminasi aparat terhadap masyarakat Papua, khusunya mahasiswa tersebut.

"Coba bayangkan itu mahasiswa non Papua, apakah reaksi polisi akan seperti itu? Saya rasa tidak," ujar Veronica.

Veronica berpendapat bahwa pernyataan Leonardus bukanlah kekhilafan lantaran diucapkan berulang-ulang sebagaimana yang terdengar dalam video tersebut.

Pendekatan yang Salah

Instruksi tembak di tempat oleh aparat yang seharusnya mengayomi seluruh lapisan masyarakat, sangat disesalkan. Terlebih lagi, mahasiswa Papua yang hadir di sana tidak bersenjata.

Mereka disebut-sebut ingin menyerang kantor polisi meski barang yang mereka bawa saat itu hanya berupa nasi bungkus, bukan senjata. Kehadiran mereka seolah bisa mengancam keselamatan polisi dan masyarakat meski tidak begitu adanya.

Yang lantas menjadi pertanyaan adalah, apakah aparat kita ketakutan terhadap nasi bungkus yang mereka bawa?

Setelah instruksi itu dilontarkan, massa tentu saja tidak berani mendekat, apalagi merangsek ke dalam. Daripada meregang nyawa sia-sia, meraka pun lebih memilih untuk menunggu di trotoar.

Dalih aparat yang menyebut video telah dipotong sejatinya tidak menghilangkan sebuah fakta bahwasannya mereka telah menggunakan pendekatan represif. Apa saya salah ketika menilai kata "tembak" bukan pendekatan humanis?

Alibi kekhilafan atau kesleo lidah tentu tidak lagi relevan jika menilik instruksi yang dilontarkan sebanyak "dua kali" kepada para personilnya.

Seharusnya aparat sudah mulai belajar mengenai penanganan aksi massa yang melibatkan publik Papua, bagaimana tindakan represif justru akan menjadi bumerang bagi kerukunan, kesatuan, serta keutuhan NKRI.

Sudah banyak contoh pendekatan yang akhirnya berujung pada hilangnya jiwa serta pelanggaran berat terhadap HAM. Lalu, mengapa aparat di negeri ini tidak belajar dari pengalaman buruk itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun