Mengingat kata tersebut sudah melekat dengan pergaulan sehari-hari generasi muda, pada Oktober 2019, KBBI secara resmi memasukkan kata pansos dalam kosakata Bahasa Indonesia.
Pansos, berdasarkan KBBI, adalah usaha yang dilakukan untuk mencitrakan diri sebagai orang yang memiliki status sosial tinggi melalui cara mengunggah foto, tulisan, dan sebagainya di media sosial.
Dalam bahasa Inggris, pansos disebut dengan istilah social climbing. Sementara para pelakunya disebut "parvenue" atau social climber yang diadopsi dari istilah dalam bahasa Prancis parvenu. Artinya, pendatang baru di kelas sosial ekonomi tertentu (borjuis atau bangsawan).
Menurut Cambridge Dictionary, social climbing adalah sebuah tindakan untuk meningkatkan posisi sosial seseorang dengan bersikap sangat ramah kepada orang-orang dengan status sosial yang lebih tinggi.
Sementara dalam buku bertajuk Class in America: An Encyclopedia, Robert E. Weir mendefinisikan social climber sebagai kata hinaan yang ditujukan terhadap mereka yang mencari status sosial lewat perilaku agresif, menjilat, atau patuh.
Sesuai konteks di KBBI, selama ini kita selalu mengidentikkan pansos sebagai hal yang berkonotasi negatif layaknya sebuah simbiosis parasitisme yang bisa merugikan salah satu pihak.
Lazimnya, predikat itu ditujukan kepada siapa saja yang gemar mencari perhatian (caper) di media sosial. Tidak jarang pula label tersebut digunakan oleh selebriti untuk menyerang selebriti lain.
Tujuan mereka yang gemar melakukan pansos di media sosial adalah menjadi terkenal, mendulang pengikut, meraih penonton, dan tentunya endorsement. Demi mewujudkan tujuannya mereka juga rela mendobrak logika dan norma.
Mereka cenderung menyukai hal-hal yang berbau kontroversi dan sensasional di media sosial. Sudah bukan rahasia lagi jika tipe orang seperti itu akan menjalin hubungan hanya untuk mendapat akses terhadap kalangan yang lebih bergengsi atau berkasta sosial lebih tinggi.
Perilaku pansos biasanya muncul karena kurangnya rasa percaya diri dan adanya tendensi yang cukup tinggi untuk selalu membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Meski pemanjat sosial sekilas terlihat menarik serta mudah bergaul, sejatinya mereka selalu merasa minder.
Atas dasar rasa mindernya, mereka akan menggunakan kehadiran orang lain yang berstatus sosial lebih tinggi darinya guna mendongkrak citra dan rasa percaya diri.