Aturan itu sebenarnya sangat terlambat, mengingat sudah banyak klub Indonesia yang menjalin kerja sama dengan rumah judi misalnya saja Pusamania Borneo FC (Fun88), Persikabo 1973 (Sbotop), serta PSMS Medan (M88).
Terlebih, sudah terlalu banyak skandal pengaturan skor yang telah menyeret petinggi PSSI, wasit, dan pelaku sepak bola, termasuk para pemain.
Keterlibatan Pemain dalam Judi
Meski dilegalkan sabagai sponsor, segala macam perjudian sepak bola menjadi hal terlarang bagi pemain seperti kasus yang menimpa Kieran Trippier yang baru-baru ini terungkap (24/12/2020).
Trippier terbukti mandapat keuntungan finansial lewat kesepakatan transfernya dari Tottenham ke Atletico Madrid pada musim panas 2019 lalu dengan bertaruh dalam bursa judi. Ia membuat keputusan mengejutkan ketika menerima pinangan skuat Diego Simeone senilai 20 juta paun.
Kasus serupa juga pernah dialami oleh Joey Barton, Daniel Sturridge, Andros Townsend, dan sejumlah pemain lain di Liga Inggris yang juga sudah diganjar sanksi larangan bermain dan denda.
Sebelumnya, otoritas sepak bola Italia dan Turki telah melarang rumah judi untuk mensponsori klub. La Liga juga dilaporkan akan mengikuti kebijakan serupa pada musim depan.
Dampak Judi bagi Publik Sepak Bola
Dampak judi tidak sebatas dirasakan di Negeri Ratu Elizabeth saja, melainkan juga hingga ke Indonesia. Liga Inggris merupakan ajang yang paling banyak ditonton di dunia. Menurut laporan dari FIFA, Premier League ditonton hingga 4,7 miliar orang termasuk di Indonesia.
Artinya, logo rumah judi yang menempel di jersey para pemain juga dinikmati oleh publik Nusantara. Logo yang sama juga tercantum di beragam konsol gim sepak bola. Perjudian telah menemani tumbuh-kembang generasi penerus bangsa.
Penampakan logo perusahaan judi secara simultan akan tertanam pada otak anak bahwa perjudian adalah hal yang normal untuk dipraktikkan. Apalagi logo tersebut menempel erat di jersey tim-tim favorit mereka. Hal itu didukung oleh regulasi terkait judi yang amat permisif di negeri ini sebelum lantas dilarang.
Kita patut khawatir bahwa normalisasi perjudian dalam dunia sepak bola akan memengaruhi anak-anak muda hingga mereka beresiko kecanduan pada judi.