Peran pramusaji warkop pangku sekilas mirip dengan Geisha di Jepang, yang juga mempunyai tugas dalam menemani para pelanggannya untuk minum. Hanya saja, mereka tidak dibekali kemampuan seni tradisional dan kostum layaknya Geisha.
Modal utama dari pramusaji adalah fisik yang rupawan. Selain itu, mereka juga diharuskan memainkan peran sebagai sosok gadis manja dan centil yang tidak pernah segan duduk mesra di haribaan pelanggan. Kemampuan komunikasi juga penting untuk membuat para pelanggan mereka betah dan merasa nyaman.
Harga kopinya dibanderol relatif lebih tinggi dari kopi sejenis di warung kopi biasa. Secangkir Kopi Pangku dipatok mulai dari Rp5.000 sampai Rp15.000. Angka itu belum termasuk "uang jasa" pramusaji yang sudah menemani dan memberikan pelayanan ekstra.
Dari layanan plus-plus itulah warkop pangku mendapatkan popularitasnya karena memang tidak ada yang spesial dari segi racikan kopi yang disajikan.
Para pengunjung pria yang datang akan mendapatkan sambutan hangat berupa kecupan, pelukan, atau gelayutan manja. Setidaknya lirikan genit dan senyuman yang begitu menggoda dari para pelayan cantik akan selalu mengiringi langkah para pria begitu memasuki lokasi kedai.
Layaknya welcome drink di sebuah hotel mewah, "sentuhan menggoda" menjadi ramuan mujarab untuk membuat para pelanggannya betah dan ingin kembali merasakan perlakuan hangat tersebut.
Beberapa warung bahkan menetapkan tarif per jam untuk layanan mengobrol dengan para pramusaji. Jasa itu biasanya dihitung dari berapa lama pengunjung menghabiskan waktu di dalam warung.
Selain membayar kopi dan minuman lain ke kasir, pengunjung juga memberikan "mahar jajan" secara langsung kepada pramusaji atas pelayanan hangat mereka. Terkadang, justru dari uang itulah yang menjadi penghasilan terbesar pramusaji.
Warkop pangku bisa dijumpai di daerah Gresik, Lamongan, Jember, Mojokerto, Jakarta, Bogor, Pontianak, Samarinda, sejumlah daerah di area Jawa Tengah, dan beberapa wilayah lain di Nusantara.
Puber Kedua di Pangkuan Pramusaji