Kneeling protest sempat memicu polemik. Banyak pihak yang mengaitkannya pada simbol politik. Namun, sejatinya, ritus berlutut memiliki konteks serupa dengan moment of silence yang kerapkali digelar menjelang pluit sepak mula dibunyikan.
Kedua gestur tersebut dilakukan sebagai penghormatan dan wujud simpati atas sebuah tragedi kemanusiaan sehingga tidak ada alasan yang cukup logis bagi FIFA untuk memberi sanksi kepada para pemain yang melakukan ritus tersebut.
Rasisme adalah "common enemy" bagi peradaban, termasuk di jagat sepak bola. Bukankah Tuhan menciptakan beraneka ragam makhluk hidup agar dapat saling mengenal bukan saling menjatuhkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H