Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Kneeling Protest", Ritus Perang Semesta Melawan Rasisme

14 Desember 2020   09:14 Diperbarui: 14 Desember 2020   14:06 2506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain dan wasit berlutut di lapangan melawan rasialisme sebelum pertandingan | Ilustrasi (AFP/XAVIER LAINE) via Kompas.com

Kneeling protest saat ini dilakukan oleh orang-orang di seluruh dunia sebagai bagian dari gerakan Black Lives Matter untuk memerangi rasisme.

Gestur atau gerak tubuh memang telah lama menjadi media komunikasi non-verbal yang mampu menyiratkan pesan melibihi apa yang bisa dilakukan media verbal lain.

Dalam orasi, gerak tubuh akan semakin memperkuat pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak. Taruhlah gestur tangan terbuka yang ditunjukkan King saat menggemakan I have a dream kepada 250 ribu para demonstran yang hadir di Lincoln Memorial.

King membuka tangannya lebar-lebar ketika dirinya mengucapkan kata "kita" sebagai simbol bahwa ia setara dengan para pendukungnya. Mereka semua sama sebagaimana harapan yang ia sampaikan, agar orang kulit hitam dan kulit putih dapat duduk sejajar di meja yang sama.

Martin Luther King (depan) berlutut bersama massa demonstrasi yang ia pimpin di Selma, Alabama, pada 1 Februari 1965. | BH-AP Photo via Time.com
Martin Luther King (depan) berlutut bersama massa demonstrasi yang ia pimpin di Selma, Alabama, pada 1 Februari 1965. | BH-AP Photo via Time.com
Mungkin saja aksi berlutut Kaepernick terinspirasi dari gestur yang diperagakan King ketika memimpin para pengunjuk rasa di Selma, Alabama, pada 1965 silam.

Kala itu King dan para demonstran yang ia pimpin dipaksa berlutut atas tuduhan menggelar aksi tanpa ijin. Lebih dari 250 orang ditahan, termasuk sang aktivis kulit hitam sekaligus pemimpin massa pekerja sayap kanan, Martin Luther King.

"Berlutut bukan hanya suatu tindakan pembangkangan dan perlawanan, tetapi juga penghormatan, berkabung, serta menghormati nyawa yang hilang," kata Chad Williams, ketua Departemen Studi Afro-Amerika di Universitas Brandeis.

Chad menganggap aksi berlutut sebagai hal yang sederhana. Kesederhanaan aksi itu memberinya kekuatan simbolis yang teramat kuat seperti aksi solidritas yang telah bergema di seluruh dunia.

Selain berlutut, massa demonstrasi juga mengepalkan salah satu tangan ke udara. Gestur itu dapat dimaknai sebagai simbol perlawanan dan tekad yang membara.

Apabila "kneeling protest" direfleksikan terhadap tipikal King dalam menggelar aksi, maka sangat jelas terlihat bahwa gestur itu memiliki kesamaan identitas dan pesan, yakni sama-sama dilakukan secara damai dan memantik simpati.

Dibandingkan melawan dengan serangan verbal serupa atau melakukan tindakan anarkis, mereka memilih berlutut sebagai simbol perang melawan rasisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun