Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menakar "Keseksian" Sepak Bola Sebagai Gerobak Politik

8 Desember 2020   13:02 Diperbarui: 9 Desember 2020   22:05 2539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raisa mengenakan jersey timnas Garuda. | Twitter Raisa Andriana @raisa6690

Politisi borjuis berbondong-bondong hijrah ke dunia sepak bola, baik untuk kepentingan Pilpres maupun Pilkada. Jika politik dan sepak bola sudah dicampur sedemikian rupa, maka yang menonjol adalah wajah bopeng pelaku politiknya.

Dalam statuta (Rules of The Game) induk sepak bola sejagat, FIFA, sudah sangat jelas disebutkan, bahwa segala aktivitas politik telah resmi difatwa haram dalam sepak bola. Simbol politik sekecil apapun ada sanksi tegas yang akan menjeratnya.

Statuta itu digunakan sebagai langkah purifikasi untuk membuat sepak bola bisa dikonsumsi oleh semua orang di seluruh benua. Olahraga harus disterilkan dan dibuat tanpa gimmick atau propaganda apapun kecuali "The Beautiful Game" itu sendiri. Aturan yang sangat mulia agar sepak bola tidak terfragmentasi dan bisa dinikmati siapa saja–tanpa sekat sosial.

Ilustrasi politik sepak bola (political football). | Peter Sully Cartoonmovement.com
Ilustrasi politik sepak bola (political football). | Peter Sully Cartoonmovement.com
Stadion harus didesain tampak "netral" serta terlindung dari elemen eksternal yang mungkin akan memberi makna lain yang melampaui drama dan pertarungan taktik dan strategi di atas lapangan hijau.

Jika melihat realita yang ada selama ini, FIFA masih memiliki pekerjaan rumah yang teramat berat. Rancangan statuta yang diharapkan mampu memisahkan politik dari sepak bola, ternyata belum cukup ampuh dalam praktiknya.

Hal itu terbukti dari tokoh-tokoh yang terlibat di atas lapangan hijau yang kerap menyaru sebagai pemerhati sepak bola meski mereka hanya memanfaatkannya untuk mendulang popularitas dan suara saat musim Pemilu tiba, seperti halnya Pilkada 2020 kali ini.

Analogi "gerobak" saya gunakan sebagai simbol. Selain mampu dijadikan sebagai kendaraan, gerobak juga dapat dipakai untuk memindahkan muatan. Dalam hal ini memindahkan loyalitas dan kuantitas publik sepak bola Indonesia yang masif ke dalam pusaran politik yang korosif.

Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh sepak bola bagi aktor-aktor politik?

1. Popularitas Instan
The greatest sport on Earth. Begitu para penggila si kulit bundar melabeli cabang olahraga yang sangat mereka cintai itu. Tentu bukannya tanpa alasan, sepak bola merupakan olahraga yang paling banyak dimainkan umat manusia, yakni sekitar 3,5 miliar pasang kaki di antero dunia.

Artinya, popularitas sepak bola melibihi permainan apapun di dunia. Popularitas itu pula yang lantas akan menular kapada mereka yang terlibat di dalam circle-nya, termasuk para politisi (Indonesia).

Sepak bola kini telah menjadi industri budaya massa paling efektif sebagai media penyebaran citra politik yang mampu menembus batas kelas sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun