Ada perasaan lega yang tercipta setelah adegan penampakan ditampilkan atau usai kita nonton film horor dan keluar dari ruangan bioskop.
Meski demikian, film horor tidak untuk semua orang. Sebagain besar orang bisa menikmatinya, tetapi sebagian kecilnya tidak. Ketika kita menonton film horor, sistem tubuh akan melepaskan hormon adrenalin, endorfin, dan dopamin dengan takaran yang berbeda pada setiap orang.
Mereka yang mampu menikmati sajian film horor dapat memproduksi dopamin yang lebih banyak yang selanjutnya akan memberikan efek menyenangkan.Â
Bagi penggemar film horor, keinginan untuk merasakan ketakutan merupakan manifestasi dari kepribadian adrenaline junkie (pecandu adrenalin).
Menurut seorang profesor komunikasi asal AS, Glenn Sparks, ketakutan adalah emosi negatif yang muncul ketika orang berada di bawah ancaman, dan itu tidak menyenangkan.
Selama penelitian, Sparks belum melihat bukti empiris bahwa orang benar-benar menikmati pengalaman emosional dari ketakutan. Ia hanya melihat bukti bahwa penonton menikmati hal-hal lain yang mengikuti pengalaman menakutkan itu.
Dari hasil penelitian, kata Sparks, hanya sekitar sepertiga orang yang mencari hiburan menakutkan. Sepertiga lainnya secara aktif menghindarinya. Dan sisanya dapat menerima rasa takut yang tidak terlalu ekstrim sepanjang hal itu masih bisa dinikmati.
Bahkan bagi penggemar berat film horor sekali pun, kebiasaan nonton film horor mampu menimbulkan emosi negatif yang bertahan lama di pikiran mereka.
Hal itu disebabkan karena rasa takut dan perasaan tertekan yang tersimpan di bagian amigdala sulit untuk dihapus oleh mekanisme kerja otak manusia.
Amigdala merupakan bagian otak yang bertugas dalam mengidentifikasi rasa takut serta membuat keputusan untuk mendekati atau menjauhi suatu objek atau situasi (fight-or-flight).
Reflek jeritan yang kita keluarkan pada saat-saat menakutkan pada dasarnya adalah sinyal peringatan bagi orang lain tentang bahaya yang ada di sekitar kita.Â