Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lahir di Kamp Pengungsi, Pernah Ditolak Barca, Kini Taklukkan Eropa

26 Agustus 2020   09:58 Diperbarui: 26 Agustus 2020   20:55 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini diambil di Buduburam pada bulan Juni 2005 saat Alphonso Davies berusia 3 tahun. Ia dan anak-anak lainnya sedang merayakan World Refugee Day di kamp pengungsi PBB. | Skysports.com

Ia terlahir di kamp pengungsi pada tahun 2000 lalu, dari rahim seorang ibu yang terusir dari tanah kelahirannya, Liberia. Di bawah asuhan Hansi Flick, "Road Runner" taklukkan Eropa.

Liberia adalah negara kecil yang terletak di pantai barat Benua Afrika. Namanya diambil dari kata "liberty" yang berarti "kebebasan".

Awalnya Republik Liberia didirikan guna menampung para budak kulit hitam AS yang baru saja memperoleh kebebasan. Namun, di "tanah kebebasan" itu pula, salah satu perang sipil paling berdarah di Tanah Afrika pernah meletus.

Konflik horizontal itu terjadi dalam dua periode, yakni pada tahun 1989 hingga 1996 dan yang kedua pada tahun 1999 sampai 2003. 

Perang saudara di negara yang kini dipimpin oleh legenda AC Milan George Weah itu juga diwarnai oleh sejumlah pelanggaran HAM. Salah satunya adalah pelibatan anak-anak sebagai martir oleh kelompok yang bertikai.

Bukan hanya itu, mereka juga melakukan praktik kanibalisme karena adanya kepercayaan bahwa dengan memakan organ tubuh sang lawan akan membuat mereka bertambah kuat. 

Akibat perang sipil tersebut, sekira 350 ribu rakyat Liberia meregang nyawa dan ratusan ribu lainnya terpaksa harus mengungsi ke negara lain, termasuk diantaranya adalah Debeah dan Victoria.

"Agar selamat, kami harus mengangkat senjata dan kami tidak ingin melakukan itu," ujar Debeah.

"Situasinya sangat mengerikan, kami bahkan harus melangkahi banyak mayat hanya untuk sekedar mendapatkan makanan," tambah Victoria seperti dilansir dari laman Marca.com.

Kondisi negara yang dipenuhi kekacauan dan kemiskinan memaksa pasangan suami istri tersebut meninggalkan tanah kelahirannya di Morovia, Liberia. Mereka berakhir di kamp pengungsi Buduburam yang terletak di sisi barat ibu kota Ghana, Accra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun