Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diktator Fasis di Balik Sukses Real Madrid

22 Juni 2020   18:57 Diperbarui: 22 Juni 2020   18:53 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fransisco Franco | theamericanconservative.com

Terdapat 500 ribu hingga 1 juta jiwa yang menjadi korban kekejaman rezim Franco. Korban tewas tidak hanya sebatas dalam medan pertempuran, namun juga mereka yang gugur dalam aksi pemboman dan eksekusi, serta kekurangan gizi, penyakit, dan kelaparan.

Sama halnya dengan rezim otoriter lainnya di dunia, Franco juga berkuasa dengan periode yang panjang. Bahkan kekuasaan Franco di Spanyol lebih lama jika dibanding dengan rezim Orde Baru-nya Soeharto.

Otoritarianisme memiliki ciri khas serupa yaitu cara mempertahankan status quo melalui penghancuran aspek demokrasi dan hak-hak sipil. Sebagaimana yang diterapkan oleh Franco. Meski terkesan netral saat Perang Dunia II, Spanyol dikenal menjadi salah satu negara fasis.

Sikap otoriter dan semangat ultra-nasionalisme membuatnya menentang adanya perbedaan budaya. Ia ingin menyeragamkan semua hal dalam negara bentukannya. Mulai dari aspek politik, sosial, dan budaya, bahkan sepakbola pun tak lepas dari intervensinya.

FC Barcelona (Barca) adalah salah satu klub yang merasakan langsung dampak rezim otoriter Franco. Bukan hal yang aneh jika Jenderal Franco selalu mendeskreditkan dan mengintimidasi Barca.

Blaugrana terlahir dalam nuansa pluralisme yang menjunjung demokrasi dan kesetaraan. Hal ini justru berlawanan dengan sikap Franco yang menolak demokrasi serta menghendaki penyeragaman.

Katalan (Catalunya atau Catalonia) terdiri dari 4 provinsi yakni Barcelona, Girona, Lleida, dan Tarragona. Namun Barcelona lah yang paling getol dalam mendukung kemerdekaan daerahnya dari Spanyol. Barca merupakan simbol perlawananan sekaligus kemerdekaan bangsa Katalan.

Semangat demokratis dan pluralisme yang terbangun di Katalan menjadi daya tarik bagi kaum republikan, musuh besar rezim Franco. Realitas sosial-politik itulah yang membuat Barca sangat dibenci oleh Jenderal Franco. 

Sentimen negatif itu yang akhirnya memicu Jenderal Franco seringkali melakukan tindakan represif terhadap klub asal Katalan tersebut.

Salah satunya adalah ketika ia melakukan intervensi untuk mengagalkan transfer Alfredo Di Stefano ke Barca. Tidak banyak yang tahu jika legenda Real Madrid itu hampir bergabung dengan rival utamanya, Barca. Dan atas jasa Franco, Real Madrid mampu menggaetnya.

Tindakan represif Franco terhadap Barca tak hanya sebatas pembajakan transfer. Ia juga terlibat dalam penunjukan Presiden klub Barca saat itu, yaitu Joan Soler dan Enrique Pineyro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun