Aku terbangun disepertiga malam saat aku membuka mataku. Aku melihat ibu tidur sangat nyenyak dan dari raut wajahnya, ibu tampak kelelahan. Selama ayah sakit ibu sangat sibuk. Bagaimana tidak ibu lah yang merawat ayah selama ayah sakit. Ibu yang mengurus rumah, ibu juga yang harus bekerja untuk mencari uang. Aku memang membantu ibu tapi, tak seberapa sebanding pekerjaan ibu.
Sudah 6 bulan ayah sakit-sakitan dan satu bulan terakhir ini penyakit ayah semakin parah. Sehingga ibu memutuskan agar kami ber-5: ibu,ayah,aku dan ke 3 adikku tidur bersama diruang tamu yang cukup besar.
Saat aku bangkit dari kasur ku, aku melihat wajah ayah yang tampak kesakitan. Aku menghampiri ayah, aku melihat air mata mengalir dipipi ayah."ayah,kenapa ayah belum tidur?" tanyaku sambil mengusap air mata dipipi ayah."dada ayah terasa sesak nak,"jawab ayah sembari menggenggam tanganku yang sedang mengelus pipinya.
"Ayah, sudahlah jangan bersedih, ayah akan segera sembuh" ucapku untuk menghibur ayah".Â
Aku membantu ayah bangkit dari tempat tidurnya, "kamu kenapa belum idur nak?" Tanya ayah padaku." Putri ingin sholat tahajjud ayah, putri ingin memohon kepada Allah agar ayah segera sembuh, karena semua penyakit datangnya dari Allah dan hanya Allah yang dapat mengangkat penyakit ayah. "jawabku pada ayah". lagi-lagi air mataku menetes.Â
"Nak, ayah juga ingin sholat tahajjud, apa kamu bisa mengangkat ayah sendirian? Bantu ayah berwudhu ya nak,"pinta ayah padaku.Â
Aku mengangkat ayahku dengan perlahan karna tubuhnya begitu kurus aku mengiringi ayah ketempat wudhu". Aku mengambil kursi kecil yang biasa ayah gunakan untuk duduk saat berwudhu. Tapi kali ini pinggang ayah terasa sangat sakit, lalu aku menyuruh ayah untuk tetap berdiri dan aku yang mengalirkan air wudhu' di semua bagian wudhu karena tangan ayah sangat lemah jika digerakkan.
Selesai berwudhu' aku mengiringi ayah menuju ruangan khusus untuk sholat. Ayah sholat dengan cara duduk Karena tak mampu untuk sholat seperti biasa. Malam itu ayah tak bhisa menjadi imam, karena tenggorokan ayah masih terasa sakit. Jadi, kami memilih untuk sholat sendiri-sendiri.
Setelah salam, aku berdzikir dan menyebut Asma Allah sebelum kumulai permohonanku dan pintaku kepada Ilahi.Â
Dalam do'a ku aku meminta semua kebaikan,kekuatan ,ketabahan, kepada Allah untuk kedua orang tuaku. Aku meminta permohonan maaf atas segala dosa, dan kesalahan ku, kedua orangtua ku, dan adik-adik ku kepada Tuhan Yang Maha Pengampun, aku meminta kesembuhan untuk ayah ku.Â
"Ya Allah aku percaya Engkau tak pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaMu, Ya Allah, Engkau yang menurunkan penyakit kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan hanya Engkau lah yang dapat mengangkat penyakit ayahku. Ku mohon sembuhkan ayahku Ya Allah," hatiku perih, tangisku meledak aku tak dapat berucap kata-kata lagi. Namun aku tahu, Allah mengerti apa yangku pinta  walau hanya isak tangis yang keluar dari bibirku. Tangis ku reda seketika melihat kekhusyu'an ayah yang sedang berdo'a.Â
Ayah sangat lemah namun ia tak pernah berhenti mengucap syukur atas nikmat yang telah Allah berikan untuk ayah,ibu dan kami semua. Seusai berdo'a ayah memanggilku,"nak, tolong bantu ayah berdiri"pinta ayah padaku". Aku menghampiri ayah dan perlahan membangkitkan ayah dari tempat sholat.Â
Kemudian aku membaringkan ayah ditempat tidurnya."terima kasih nak, kau anak yang soleh,kau bisa merawat ibu mu, kau bisa menjadi teladan untuk adik-adik mu, maafkan ayah jika kata-kata ayah pernah menyakiti hatimu, mungkin hanya ini yang dapat ayah lakukan untuk kalian, andai saja ayah sembuh, ayah akan berkerja mencari uang untuk melanjutkan sekolahmu kepondok pesantren, agar kelak kamu bida menjadi syafa'at untuk ayah dan ibumu di akhirat nanti..."ucap ayah padaku pipinya basah oleh air mata.
"Ayah, jangan bicara seperti itu, ayah akan sembuh, kita telah berusaha dan berdo'a kepada Allah, ayah harus percaya pada Allah,"ucapku menjawab perkataan ayah". Kata-kata ayah membuatku semakin sedih dan heran kenapa ayah mengucapkan kalimat seperti itu?
Saat keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk pergi kesekolah, ku lihat ayah yang masih terbaring di tempat tidur entah kenapa, kata-kata ayah semalam membuatku merasa berat untuk pergi kesekolah dan meninggalkan ayah."ayah, putri berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum," ku bisikan kalimat itu ditelinga ayah, namun ayah masih tertidur.Â
Aku mengecup pipi dan tangan ayah ku. Saat disekolah, waktu istirahat pertama ku habiskan dengan sholat dhuha dimusholla. aku berdo'a, meminta kesehatan untuk kedua orang tua ku, meminta kesembuhan untuk ayahku.. saat aku selesai berdo'a, furqon salah satu kakak kelas yang juga sering sholat dhuha menghampiri ku, dia juga banyak menasehatiku dan mengajarkanku ilma agama sedikit demi sedikit.
"Putri, kamu terlihat sedih,, ada apa?"Tanya kak furqon padaku. "ah, tidak kak, aku baik-baik saja"jawab ku, aku terpaksa berbohong padanya.. tapi tetap saja ia tak percaya."sudahlah put cerita aja sama kakak," bujuk kak furqon  agar aku mau bercerita padanya".
 Aku kemudian menceritakan semua masalahku, kegelisahanku pada kak furqon, kak furqon mendengar cerita ku dengan seksama."putri, aku sangat sangat memahami perasaanmu, kamu harus tetap bersabar, kau gadis yang sholehah, kuat, tabah dan pemberani.Â
Sepulang sekolah, segeralah temui ayah dan ibumu, minta maaf pada mereka, kau harus janji untuk menjadi kebanggaan ayah dan ibumu."ucap kak furqon yang tengah berusaha menghiburku dan menasehatiku", aku membalas nya dengan senyuman dan ucapan terima kasih. Bel masuk berbunyi aku dan kak furqon kembali kekelas masing-masing.Â
Sepulang sekolah, aku melihat ramai orang yang datang ke rumahku."Assalamu'alaikum" cu ucapkan salam saat masuk kerumahku. "Wa'alaikum salam" jawab orang-orang yang ada dirumah. Semua orang dirumah tampak bersedih apalagi ibu ku.
Aku datang menemui ibu."ibu, apa yang terjadi pada ayah, kenapa begitu ramai orang yang dating kerumah kita?"tanyaku pada ibu". Ibu menoleh kearah ayah tanpa mengucap sepatah kata pun. Aku tau saat itu ibu sangat sedih, tapi ia tak pernah meneteskan air matanya didepan ku, ibu selalu mengajariku bagaimana menjadi orang yang bersabar.Â
Aku hampiri ayah yang tengah berbaring di tempat tidur. "Assalamu'alaikum, ayah putri sudah pulang". Aku bicara pada ayah namun ayah tak menjawab perkataan ku. "Ibu, ayah kenapa???"tanyaku lagi pada ibu", sekarang ibu mau menjawab pertanyaanku. "ibu tidak tahu nak, tadi pagi ayahmu sempat mengumandangkan iqamat ayah mengatakan pada ibu agar ibu dapat  menjaga kalian dengan baik, selang beberapa menit ayah mu tidak dapat berbicara dengan jelas, hanya ucapan 2 kalimat syahadat yang terdengar jelas dari bibir ayahmu nak,"jawab ibu ku".Â
Air mataku mengalir sejadi-jadinya. Ku bisikkan 2 kalimat syahadat,kalimat takbir dan tasbih ditelinga ayah. Allahuakbar!!!! Asyhaduanlailaahaillallah wa asyhaduannaMuhammad Rasulullah. Ayah ku meneteskan air mata terakhir dipipinya, ibu segera naik ketempat tidur. Mas!!! "Teriak  ibu ku". Saat itu nafas ayah sudah berada ditenggorokan.Â
"Ayah!!!!"Teriak ku" ternyata ayah telah meninggal dunia. Tidak!! Ayah mu masih hidup nak, ayah hanya tertidur"jerit ibu seolah tak dapat menerima kenyataan. Ibu pingsan dan orang-orang membawa ibu kedalam kamar.Â
Aku pun tak kuasa menahan tangis dan untuk terakhir kali nya aku mengecup kening ayahku.badan ku gemetar, rasanya kaki ku tak jejak menginjakan kaki ditanah. Â
Saat itu aku berfikir bahwa Tuhan tidak adil, tapi aku salah besar, karna Allah tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Setiap selesai sholat aku tak pernah lupa mengucapkan do'a keselamatan dunia dan akhirat untuk kedua orang tua ku.Â
Sekarang yang ku fikirkan ialah melakukan amanah terakhir dari ayah, membuat ibu dan adik-adik ku bahagia dan mengejar ilmu agama hingga akhir hidup ku. I love u ibu,ayah,adik-adik aku sayang kalian
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI