“aku tingaal di desa Corawali dekat sekolah” jawab Zahara.
“baguslah, kita tinggal di desa yang sama, rumahku kira-kira 300 meter dari rumahmu. Kebetulan nih sudah sore, yuk kita pulang” ajak Idris
Mereka pun meninggalkan pohon jambu mente itu sendirian, Idris berjalan terlalu cepat sehingga membuat Zahara sulit mengimbangi jalannya. “yang pelan dong jalannya! Kok cepet banget, sengaja mau ninggalin aku yah?’ protes Zahara.
“bukan aku yang cepet, tapi kamu yang lelet’ timpal Idris mencoba membela diri. Zahara berlari kecil agar tidak ketinggalan, wajahnya sedikit cemberut karena acting manjanya tidak mendapat respon yang terlalu baik.
Idris kelihatannya dapat menangkap sekilas wajah cemberut Zahara, untuk membangun komunikasi yang lebih harmonis ia bertanya basa-basi: “gimana ceritanya kamu sampai bisa tersesat di kebunku”
Wajah cemberut Zahara tiba-tiba terganti dengan wajah gadis manis setelah mendengar pertanyaan tersebut. “tadi kan, aku sama bapak pergi ziarah kubur. Pada saat itu aku melihat kupu-kupu yang cantiiik sekali, aku kejar kupu-kupu itu dan tanpa kusadari aku sudah tersesat, untungnya aku bertemu dengan pria gondrong yang berantakan” katanya sambil tersenyum karena telah menyindir si Idris.