Mohon tunggu...
Kinoto Christian
Kinoto Christian Mohon Tunggu... Lainnya - Life is a Gift

Traveler - Entrepreneur - Associate Pastor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melaksanakan Misi Gereja di Era Digital: Happy atau Frustasi?

29 November 2021   16:25 Diperbarui: 29 November 2021   21:59 3063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com/@everythingcaptured

Kemajuan teknologi informasi di era digital haruslah dipandang sebagai berkat bukan kutukan untuk pelaksanaan misi gereja. Ia dapat menjadi sarana untuk mendekatkan jarak pelayanan, bisa membuka ruang dialog yang lebih terbuka, konstruktif dan rasional sebagai sarana pelaksanaan misi.

Alkitab sama sekali tidak menolak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang terutama adalah segalanya dimulai dengan rasa takut akan Tuhan, karena disitulah permulaan pengetahuan (Amsal 1:7). 

Serta sepintar apapun kita, jangan sampai  bersandar pada pengertian sendiri. Sebab apapun yang kita kerjakan hendaknya untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor 10:31). Dengan demikian kita dapat membedakan mana yang baik dan berguna untuk membangun serta yang dapat mendatangkan berkat bagi banyak orang (1 Kor10:23, 33).

Kaderisasi dan delegasi misi bagi orang muda

Dalam penerapan strategi kepemimpinan gereja, setiap gereja harus mengerti pentingnya memiliki pemimpin-pemimpin yang memiliki panggilan pelayanan misi bagi dunia. 

Untuk menjalani fungsi misi bagi dunia, setiap gereja membutuhkan setidaknya tiga hal: pemimpin yang membawa dan mewujudkan visi misi dan memperlengkapi orang lain, keluarga yang melatih generasi berikutnya tentang apa artinya kesetiaan, dan kelompok-kelompok kecil yang dapat memfasilitasi berbagai tanggung jawab dan tugas gereja.

Melihat kebutuhan kepemimpinan yang di perlukan di era digital ini, Gereja harus lebih cepat dalam mempersiapkan sumber daya internal. Pengembangan kepemimpinan di masa mendatang adalah melihat dan mempersiapkan  orang-orang muda yang sekarang berusia 25-40 tahun. Para pelayan dan calon pemimpin muda inilah yang akan memegang kendali gereja di masa beberapa dekade mendatang. 

Gereja perlu mempersiapkan pemimpin-pemimpin dengan pola pikir yang berorientasi pada teknologi, memiliki kemampuan manajerial (managing-skill) dan kepemimpinan (leadership-skill) yang baik menuju pola manajerial dan kepemimpinan baru yang sangat berbeda. Pola kecepatan pengambilan tindakan sangat diperlukan di era digital ini. 

Mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda adalah suatu hal yang mendesak, namun Gereja sering kali terikat dengan pola kepemimpinan senioritas sehingga sulit melepas calon pemimpin muda untuk mulai belajar memegang kendali organisasi gereja maupun misi gereja. 

Gereja yang banyak melibatkan pemimpin mudanya akan menuai keuntungan di era digital ini. Perubahan yang biasa cepat terjadi di era digital akan mudah di antisipasi oleh pemimpin-pemimpin muda. 

Kesiapan untuk berubah dengan cepat hanya dimiliki oleh generasi ini. Masalah yang banyak dihadapi gereja sekarang adalah gagalnya pembinaan generasi muda karena kesulitan memahami  dan menerima "perbedaan generasi". Perbedaan generasi di era digital memiliki corak yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun