Perjanjian Baru sebagai dokumen resmi yang memberikan kesaksian tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan pendirinya, Yesus Kristus dan tentang pembentukan jemaat Kristen mula-mula.Â
Kekristenan mewarisiSalah satu pertanyaan mendasar yang dihadapi jemaat sepanjang jaman dan yang masih membutuhkan jawaban pada saat ini ialah: Apakah Kekristenan yang didasarkan pada Perjanjian Baru juga membutuhkan Perjanjian Lama? Apakah Perjanjian Lama sebaiknya dibuang saja karena sudah usang?Â
Atau dipelihara sebagai suatu peninggalan dahulu kala? Atau dipelihara sebagai bahan klasik yang dibaca oleh para ahli, atau dibaca sekali-kali apabila bosan dengan Perjanjian Baru?Â
Atau sebaliknya disimpan saja dalam arsip, mana tahu akan dibutuhkan kelak? Apakah Perjanjian Lama memang merupakan bagian Alkitab Kristen yang harus ada dan sungguh perlu sebagai suatu pernyataan Allah yang benar dan berwibawa?
Tidak ada masalah yang lebih mendesak untuk diperhatikan dari pada masalah hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, masalah ini terus dijawab oleh setiap orang Kristen dalam jemaat, apakah ia seorang teolog professional, seorang pendeta ataupun anggota jemaat biasa. Tidak berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa dalam hal inilah terkandung arti iman Kristen.Â
Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dan memaparkan hubungan perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bagi iman Kristen. Tulisan ini akan membahas arti Perjanjian Lama, arti Perjanjian Baru, isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan Hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta ditutup dengan suatu kesimpulan mengenai topik diatas.
Arti Perjanjian Lama
Tujuan utama Penulisan Perjanjian Lama ialah mencatat tindakan-tindakan Allah dalam urusan-Nya dengan manusia secara umum dan umat Israel secara khusus, yang semuanya bersifat menebus dan menyelamatkan manusia dari dosanya.Â
Maka dapat disimpulkan bahwa catatan-catatan Perjanjian Lama bukan mite atau dongeng melainkan riwayat sejarah yang pada dasarnya maupun secara detail dapat dikatakan otentik. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa penekanan Perjanjian Lama yang utama adalah theologis bukan historis.
Sebagai pernyataan diri Allah, sasaran Penjanjian Lama adalah agar pembacanya akan mengenal Allah dengan lebih baik. Namun proses ini tidak dimaksudkan hanya untuk tujuan kognitif semata. Lagi pula, pengenalan akan Allah ini tercapai dengan cara mengalami sifat-sifat -Nya. Sasaran Perjanjian Lama bukan kehidupan yang diubah, meskipun pengenalan akan Allah itu sudah seharusnya mengubah kehidupan seseorang.Â
Sasaran Perjanjian Lama bukanlah menyetujui suatu sistem nilai, meskipun suatu sistem nilai tentu saja akan merupakan akibat dari mengenal Allah dengan sungguh-sungguh. Perjanjian Lama bukanlah tempat penyimpan berbagai model peran historis, kidung-kidung yang berdebu, dan perkataan nubuat yang tidak jelas. Tetapi merupakan ajakan Allah untuk mendengar kisah-Nya.Â
Arti Perjanjian Baru
Perjanjian Baru menjelaskan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus, Anak Allah, datang ke dunia yang hancur, hidup sempurna, hidup tanpa dosa, dan mati sebagai penjahat untuk membayar dosa dunia. Dengan hal itu Perjanjian Baru memanggil orang untuk berbalik dari jalan mereka dan percaya kepada Yesus dan mengikuti Dia.
Perjanjian Baru kemudian menunjukkan permulaan Gereja yang sedang mengumpulkan orang-orang untuk hidup dan menyambut Kerajaan dan kehendak Allah di bumi. Perjanjian Baru mengungkapkan Yesus sebagai Mesias, melihat kembali kehidupan dan ajaran-Nya sebagai dasar bagi gereja dan penyebaran Injil.
Perjanjian Baru menyoroti pemenuhan banyak nubuatan Perjanjian Lama, termasuk lebih dari 300 nubuatan dalam kehidupan Yesus Kristus. Perjanjian Baru mengungkapkan bagaimana Yesus memenuhi ramalan tentang Mesias dan memberikan banyak ajaran dan mukjizat-Nya, bersama dengan tulisan-tulisan para pengikut-Nya yang paling awal.
Perjanjian Baru dimulai dengan Yesus datang sebagai penggenapan Hukum, Orang-orang Yahudi (atau bukan Yahudi) tidak lagi perlu memenuhi Hukum untuk menemukan penebusan; Yesus menawarkan pengampunan dan hidup kekal bagi semua yang percaya kepada-Nya. Dalam Perjanjian Baru, Yesus menawarkan diri-Nya sebagai fokus penyembahan, mengklaim sebagai jalan, kebenaran, dan hidup, dan bahwa tidak ada yang bisa datang kepada Bapa kecuali melalui Dia (Yoh.14: 6).
Isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Seluruh Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Baru menunjuk pada Yesus. Perjanjian Lama menantikan Yesus, Perjanjian Baru menjelaskan pekerjaan Yesus yang sudah selesai.Â
Perjanjian Lama dimulai dengan orang-orang Israel, yang melaluinya Yesus akan datang ke dunia, Perjanjian Baru menjelaskan bagaimana Kabar Baik Yesus akan sampai ke ujung bumi, Tuhan berbicara melalui para nabi di Perjanjian Lama, Di Perjanjian Baru, Dia telah berbicara melalui Yesus, Putra-Nya. Perjanjian Lama mengatur ceritanya, dimulai dengan Penciptaan dunia, Perjanjian Baru adalah kesimpulan, dengan mengungkapkan Yesus, Anak Allah, dan semua ciptaan dibuat melalui Dia.
Hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian BaruÂ
Perjanjian Lama sering dikutip oleh penulis Perjanjian Baru. Ada kurang lebih 2650 kutipan dari Perjanjian Lama di dalam Perjanjian Baru, yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung dan 2300 kutipan tidak langsung serta persamaan bahasa. Dengan kata lain, rata-rata terdapat satu kutipan Perjanjian Lama dalam setiap tiga ayat Perjanjian Baru. Kitab Yesaya dan Mazmur paling sering dikutip (masing-masing lebih dari 400 kali). Hanya kitab Kidung Agung yang tidak dikutip Perjanjian Baru.Â
Perjanjian Lama merupakan dasar untuk memahami Perjanjian Baru, antara lain:Â
- Dari segi Bahasa (Bahasa Yunani dalam Perjanjian Baru banyak dipengaruhi oleh Bahasa Perjanjian Lama)
- Dari segi sejarah (sejarah Perjanjian Lama dilanjutkan oleh sejarah Perjanjian Baru)
- Dari segi teologi (tema-tema teologi Perjanjian Lama, seperti penciptaan, dosa, hukuman, pertobatan, kurban, keselamatan, dsb menjadi dasar teologi Perjanjian Baru).
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyatakan mengenai Allah yang Esa. Allah Israel adalah sama dengan Bapa Yesus kristus:
- Sifat-Nya sama (Maha kuasa, Maha kudus, Maha pengasih dsb)
- Rencana-Nya sama (Untuk keselamatan manusia dan penyempurnaan dunia ciptaan-Nya)
- Tuntunan-Nya sama (Hidup suci, kasih kepada Allah dan sesama manusia).
Perjanjian Lama merupakan Alkitab Yesus Kristus (Kitab Suci kehidupan Perjanjian Baru). Bagi Yesus dan pengikut-pengikut-Nya, apa yang dikatakan Perjanjian Lama itulah yang Allah katakan; dan apa yang dikatakan Allah itulah yang Perjanjian Lama katakan.
- Yesus mengenal sejarah Perjanjian Lama (lihat Yoh. 3:14; bnd Bil. 21:4-9)
- Yesus mendasarkan pengajaran-Nya pada Perjanjian Lama (lihat Mat. 5:17; bnd Mrk. 11:17)
- Yesus menggunakan Perjanjian Lama untuk menentang Iblis (lihat Mat. 4:1-11)
- Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam diri-Nya (lihat Luk. 4:16-21; Yoh. 15:25)
Â
Perjanjian Baru berkaitan dengan Perjanjian Lama. Hal ini terlihat jelas dalam Ibrani 10:7 Lalu Aku berkata: "Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Ini mengacu pada Perjanjian Lama yang memberi kita gambaran lengkap tentang Kristus, baik melalui kalimat gamblang maupun melalui lambang-lambang. (Luk. 24:27, 44, 46; Yoh. 5:39, 46)
Agustinus mengatakan bahwa Perjanjian Baru terkandung dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama dijabarkan dalam Perjanjian Baru. Kita bisa mengatakan demikian: Perjanjian Baru ada dalam isi Perjanjian Lama, dan Perjanjian Lama ada dalam penjelasan Perjanjian Baru. Ini berarti bahwa Perjanjian Baru berada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama dijelaskan oleh Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru saling berkaitan, berkesinambungan, saling menerangkan, dan bahkan pada tingkatan paling dasar adalah fakta sederhana bahwa kita tidak dapat mengerti Perjanjian Baru itu sendiri bila kita tidak mengetahui Perjanjian Lama. Yesus dan murid-murid-Nya adalah orang Yahudi , bagi mereka pikiran Perjanjian Lama akan Allahdan dunia ini adalah pikiran mereka.Â
Iman Perjanjian Lama adalah bagian yang hidup dan penting bagi keberadaan total mereka. Dan pula gereja-gereja Kristen masa Perjanjian Baru paling awal menggunakan Perjanjian Lama Yunani sebagai Alkitab mereka, sehingga Bahasa dalam Perjanjian Baru sendiri memiliki lebih banyak persamaan dengan Bahasa Perjanjian Lama dibandingkan dengan sastra kebudayaan sekuler Yunani dan Romawi.
Akan tetapi, Perjanjian Lama bukan hanya menjadi latar belakang Bahasa dan kebudayaan bagi pemikiran penulis-penulis Perjanjian Baru. Perjanjian Lama juga mengandung pernyataan-pernyataan kebenaran yang penting akan Allah dan hubungan-Nya dengan umat manusia dan dunia yang sampai sekarang masih sama benar dengan dulu. Jika kita melihat Kembali, ada suatu keterkaitan yang erat antara kedua Perjanjian ini sehingga tidaklah berlebihan kalau kita mengklaim bahwa iman Kristen sendiri menjadi kurang sempurna kalau kita menyingkirkan penegasan-penegasan dasar iman Perjanjian Lama dari Alkitab Kristen.
Â
-Sekian.
Â
Referensi:
Â
Baele, G.K. Penggunaan Perjanjian Lama oleh Perjanjian Baru. Malang: Literatur SAAT, 2015.
Baker, David L. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Baker, Dr. David L. Satu Alkitab Dua Perjanjian. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Baxter, J. Sidlow. Menggali Isi Alkitab 1. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997.
---. Menggali Isi Alkitab 2. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999.
Drane, John. Memahami Perjanjian Lama III. Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2003.
Green, Denis. Pegenalan Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2021.
Lee, Withness. Kesimpulan Perjanjian Baru. Jakarta: Yasperin, 1997.
Walton, Andrew E. Hill and John H. Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2018.
Zuck, Roy B. A Biblical Theology Of The Old Testament. Malang: Gandum Mas, 2021.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H