"Kita mau berdiri kayak gini terus? Enggak capek?"
   "Ya udah, duduk! Kayak tamu aja!" ujar Andara cuek.
   "Jadi, aku sah bukan tamu, ya?" Goda Abimanyu. Hatinya menghangat mendapat sambutan positif dari tuan rumah, ayah dan anak sekaligus.
   "Boleh saja, silakan ke dapur, cuci semua piring bekas sarapan kami," sahutnya enteng, lalu duduk di kursi bekas ayahnya. Abimanyu tertawa senang, respons ceplas ceplos Andara pertanda positif bagi hubungan mereka. Ditambah semburat merah yang mewarnai pipi chubby gadisnya. Eh, yakin banget! Abimanyu yakin, hakul yakin, sebentar lagi Andara akan menjadi gadisnya.
   Abimanyu ikut duduk, di tempat yang sama dia duduk tadi. Keduanya kembali berpandangan, kembali tanpa kata. Saling menatap lekat, memindai wajah lawannya dengan cermat. Andara ingat obrolannya dengan Danasti dan Mega, mengingat setiap kata yang mereka lontarkan tentang cowok tampan di depannya. Benar kata Mega, perfecto. Sebelumnya Andara tidak pernah mengamati sedetail ini.
   Matanya tajam, dengan alis mata tebal, lekuk bibirnya sempurna dengan dagu keras. Tatapan itu, persis dengan Nicholas Saputra yang digandrunginya, karena memerankan tokoh Gie yang idealis. Tipe cowok yang diinginkannya menjadi pacar, atau pasangan hidupnya nanti. Cowok seperti Ayah, yang punya prinsip dan perhatian kepada keluarga. Menyadari pikiran liarnya, Andara memutus pandangan terlebih dahulu. Pura-pura membuka buku yang tergeletak di meja. Mungkin buku itu tengah dibaca ayah, sebelum Abimanyu datang. Â
   Abimanyu mengulum senyum, senang melihat Andara salah tingkah. Abimanyu menikmati pemandangan langka yang ada di depannya. Kapan lagi melihat gadis cuek itu malu-malu seperti itu?
   "Apaan, sih! Lihatnya begitu amat! Malu tahu!" protes Andara, sembari meletakkan buku yang diambilnya asal tadi. Abimanyu tersenyum lebar, tanpa mengalihkan pandangannya. Kali ini Andara sudah kembali melihatnya.
   "Ra, aku kangen!' ucapnya lirih. Andara menunduk, kedua tangannya saling memilin di atas pangkuannya. Jantungnya berdebar cepat, memacu pernapasannya. Tiba-tiba perutnya terasa melilit, seperti ada yang berputar-putar tetapi tidak sakit. Mungkin ini yang dibilang orang, kupu-kupu beterbangan dalam perut.
Â
   Abimanyu bergerak mendekat, meraih lembut tangan yang terpilin itu, menggenggamnya erat. Tindakan berani Abimanyu memaksa Andara menengadah, menatap manik mata cowok di depannya.
   "Boleh, kan?" tanya Abimanyu minta persetujuan. Dahi Andara mengernyit tidak mengerti. Pikiran negatif sempat melintas, gila ini di rumah. Ada ayah, juga Bli Devandra, Abimanyu bunuh diri kalau mau macam-macam.