Semua tidak tersembunyi dari mbok Mirah, Abimanyu sendiri yang bercerita. Perempuan itu langsung setuju, ketika Abimanyu menunjukkan foto Andara yang diambilnya diam-diam. Â
   Sore tadi, secara tidak sengaja mbok Mirah yang mau mengantar susu hangat mendengar Abimanyu sedang menelepon. Suara tawa Abimanyu menahan langkah perempuan itu. Dia tidak jadi mengetuk pintu, tetapi juga tidak pergi. Dengan telinga tuanya, mbok Mirah memastikan dugaannya. Benar saja, nama Andara disebut beberapa kali.
   "Mbok Mirah nguping, ya?" todong Abimanyu pura-pura cemberut.
    "Enggak sengaja dengar! Lagian siapa suruh ngomongnya kenceng-kenceng, satpam di depan bisa mendengar juga kali. Memang susah, orang lagi jatuh cinta, baru ditelepon saja senangnya mengalahkan mendapat lotre." Tuturnya menggoda. Tiba-tiba Abimanyu tertawa, mbok Mirah ikut tertawa bahagia.  Â
   "Sudah jangan tertawa terus, Den Gading mandi dulu. Katanya mau gantian jaga dengan non Agni." Ujar mbok Mirah memutus tawa mereka. Â
   "Oya, makasih Mbok!" Mbok Mirah tersenyum, lalu bangkit dari duduknya.
    "Mbok, gak papa kan, kalau besok Gading mau pulang sebentar. Mau ketemu Andara, ada yang harus Gading katanya kepadanya. Doakan, Gading berhasil, ya?" mohonnya sopan. Mbok Mirah tersenyum lagi.
   "Mbok, selalu berdoa yang terbaik untuk Aden. Mbok..." Mbok Mirah belum menyelesaikan ucapannya, Abimanyu sudah berdiri. Dengan cepat, anak muda itu mencium pipi perempuan yang selalu mendampinginya itu.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H