Peristiwa di bakso super mantep beberapa hari lalu, sempat membuat Abimanyu berpikir ulang memanfaatkan Sena untuk mendekati Andara. Sayangnya, dia belum menemukan cara lain. Bantuan yang ditawarkan Boim dan Petra terpaksa ditolak, Abimanyu tidak mau Andara tidak nyaman dengan banyak orang yang terlibat. Abimanyu merasa mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tidak masalah masih memanfaatkan Sena, yang penting hubungannya dengan Andara sudah mengalami kemajuan pesat. Andara menjawab pesan-pesannya dengan cepat, tidak seperti awal perkenalan mereka. Beberapa kali, malah Andara berinisiatif mengirim pesan terlebih dahulu.
   Seperti semalam, gadis itu mengirim pesan, tepatnya mengundang Abimanyu ikut memperingati ulang tahun Sena. Pesan yang sama, diterimanya dari Sena juga. Andara berhasil memaksa Sena, untuk mentraktir mereka di Kuno Kini Kafe. Kenapa ke sana, nanti bisa ditanyakan kepada Andara alasannya ngotot memilih tempat itu. Secara posisi, kafe itu sama sekali tidak menguntungkan buat mereka. Selain agak jauh, juga berlawanan arah dengan tempat tinggal mereka. Abimanyu tidak terlalu peduli dengan pilihan gadis itu, baginya yang penting bisa jalan bersama sudah lebih dari cukup.
   Begitu bel berbunyi, Abimanyu segera meninggalkan kelasnya menuju tempat Yamaha Vixion milik sopirnya diparkir. Abimanyu sengaja tidak memakai motornya sendiri, untuk mengimbangi Susuki GRX 150 milik Sena. Dia tidak mau terlihat lebih menonjol, meski kenyataan memang begitu. Sampai di tempat Parkir, Abimanyu melihat Andara dan Sena sudah menunggu. Keduanya tampak sedang mengobrol, sambil tertawa lepas. Bukan baru sekali ini Abimanyu melihat keduanya intim, nyatanya hatinya tetap merasa tidak nyaman.
   Meski Sena terang-terangan mendorongnya dekat dengan Andara, tetapi dia bisa merasakan hati gadis itu bukan untuknya. Melihat gadis yang dicintainya begitu akrab dengan laki-laki lain, membuat kepercayaan diri Abimanyu terjun payung.
   "Enggak usah cemburu, kamu hanya perlu meyakinkan Dara bahwa kamu sungguh-sungguh mencintainya. Aku atau cowok-cowok itu, bukan ancaman bagi hubungan kalian," kata Sena beberapa waktu lalu. Saat itu, mereka sedang duduk-duduk di bawah pohon, tidak jauh dari air terjun Widuri. Andara dan teman-temannya tengah asyik bermain air, berbaur dengan pengunjung yang lain. Abimanyu memutuskan untuk bergabung dengan Sena yang menolak bermain air, karena alasan tidak membawa baju ganti. Padahal sebenarnya mereka tidak perlu itu. Terik matahari akan berbaik hati membantu mengeringkan kembali baju mereka.
   Bersyukur sinar terik matahari saat ini, tidak mampu menembus pepohonan yang melindungi obyek wisata alam yang dikenal sebagai tempat cerita Jaka Tarub dan tujuh bidadari mandi. Konon katanya, di air terjun Widuri inilah terjadinya peristiwa tidak terpuji Jaka Tarub, yang mengakibatkan Nawang Wulan terikat padanya. Mungkinkah di sini, Abimanyu bisa membuat Andara terikat? Berkhayal saja kamu Bi!
   Hari Sabtu wisata alam yang terletak di desa Kemadohbatur, sekitar 18 km dari tempat tinggal Andara, lumayan ramai. Semakin siang, pengunjung semakin banyak. Lumayan buat refreshing, sambil menikmati suasana pedesaan yang masih asri. Fasilitas parkir, dan trek menuju tempat wisata cukup bagus. Bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua, atau empat. Lalu lanjut jalan kaki sebentar. Kecuali pesepeda seperti mereka, bisa parkir tidak jauh dari lokasi wisata.
   "Kenapa Sen, kamu enggak suka Andara? Bukankah kalian dekat?" Abimanyu memecah keheningan. Netra tajamnya menatap Sena, mencoba menyelami pikiran cowok di sebelahnya. Kata orang, tidak ada persahabatan sejati antara laki-laki dan perempuan. Pasti ada riak rasa yang mengusik salah satu, atau keduanya. Begitu pun dengan Andara dan Sena, Abimanyu dapat menangkap jelas perasaan kagum Andara kepada cowok kalem kakak kelasnya itu.
   Sekilas Abimanyu menangkap Sena tersenyum getir. Hanya sekilas, dengan cepat ekspresi cowok yang berusaha menampilkan kesan kalem itu, kembali datar. Sena membuka botol minumnya, lalu meneguk air berwarna kuning itu kasar. Abimanyu dapat menangkap kegelisahan kakak kelasnya itu.
   "Dara sudah seperti adik bagiku. Kebetulan aku enggak punya adik, dia butuh kakak. Klop, kaya tutup ketemu tumbu." Kata Sena tergelak. Mata pemuda berkulit sawo matang itu, tidak lepas dari gadis berambut ekor kuda yang sudah berantakan. Andara terlihat sangat bahagia, tawa tidak lepas dari wajahnya.
   "Tapi Andara menyukaimu, Sen!" desak Abimanyu, yang membuat pandangan Sena beralih padanya. Sesaat Sena terdiam, lalu tertawa lirih. Abimanyu dapat menangkap rasa sakit yang coba disembunyikan.
   "Dara memang menyukaiku, tapi tidak mencintaiku. Dia hanya merasa nyaman bersamaku. Selain om Gunawan, aku orang yang selalu ada, saat dia butuh telinga yang mau mendengar. Aku yang selalu menemaninya. Dara hanya butuh orang yang bisa membuatnya nyaman, dan aku yakin kamu bisa melakukan itu." jawab Sena tanpa ekspresi. Â
   "Kok aku? Dia sudah nyaman dengan kamu, aku bukan siapa-siapa baginya!" Sena tertawa, kali ini terdengar tanpa beban.
   "Bukankah kamu mencintainya? Hanya orang bodoh yang tidak tahu perasaanmu padanya. Aku enggak tahu, kamu masih mau sama orang bodoh enggak?" Dahi Abimanyu mengerut, tidak paham maksud ucapan Sena. Sial, Sena malah tertawa lepas, sampai menarik perhatian pengunjung yang ada di sekitar kami. Andara juga ikut menatap mereka berdua, meski hanya sesaat.
   "Cinta memang mengubah segalanya. Termasuk mengubah orang secerdas kamu menjadi telmi (telat mikir). Hahaha..." Tawa Sena kembali membahana, lebih keras dari yang pertama. Abimanyu makin tidak paham apa yang terjadi di antara dua manusia bersahabat itu. Bahkan setelah Sena menjelaskan alasan-alasannya secara implisit, rahasia itu tetap terbungkus rapi dalam ingatannya.
    Abimanyu baru melangkah mendekati keduanya, tiba-tiba Andara mengangkat telepon. Ekspresinya berubah dengan cepat, semula tegang, lalu menengok ke arah gerbang, lalu melompat gembira. Sena yang ada di dekatnya hanya menggeleng, tidak mengerti. Begitu sambungan ditutup, gadis itu langsung berlari meninggalkan Sena.
   Dalam sekejap mata, Abimanyu disuguhi pemandangan yang membuat hatinya bergemuruh. Tanpa malu, gadis yang biasanya acuh itu menghambur dalam pelukan seorang laki-laki dewasa. Laki-laki itu mengelus rambut gadis pujaannya, lalu mencium keningnya lembut. Aksi itu menjadi tontonan gratis kerumunan murid yang ada di sana. Anehnya, Andara seperti tidak peduli.
    "Kok Bli, bisa sampai sini?" tanya Andara setelah laki-laki itu melepaskan pelukannya.
   "Kenapa? Enggak boleh?" Laki-laki balik bertanya dengan mata berkedip menggoda.
   "Boleh dong! Tapi... ah, sudahlah yang penting Bli Devandra sudah sampai di sini." kekehnya dengan binar yang tidak disembunyikan. Laki-laki yang dipanggil bli Devandra itu tersenyum, sambil mengacak rambut Andara.
   Pemandangan yang membuat dada Sena terasa nyeri. Entah kenapa, dia tidak suka melihat interaksi Andara dengan laki-laki dewasa yang tidak dikenalnya. Andara tidak pernah semanja itu dengannya. Selama ini, mereka hanya berbagi rasa melalui cerita, tanpa kontak fisik sedikit pun. Sena menoleh ke arah Abimanyu yang tengah membuang muka. Sepertinya, adik kelasnya itu merasakan hal yang sama. Tidak nyaman dengan apa yang mereka lihat, sementara Andara dan laki-laki itu terlihat santai.
   "Bisa pulang sekarang, atau masih ada kegiatan?" tanya laki-laki itu, sang gadis menggeleng.
   "Kalau begitu kita pulang, tapi mampir makan dulu, Bli lapar." Ajak Devandra sambil mengelus perutnya. Ajakan Devandra menyadarkan Andara. Gadis itu menoleh, mencari seseorang yang seharusnya bersama dengannya. Matanya menangkap dua cowok di atas sepeda motornya masing-masing, menunggunya tidak jauh dari situ.
    "Bli, kenalkan, ini Sena dan Abimanyu." Andara menarik tangan laki-laki berkemeja kotak-kotak berwarna biru, ke arah dua cowok yang menunggunya dengan setia. Devandra sedikit kaget, lalu tersenyum. Matanya mengerling jenaka, Andara mencebik dengan muka merona. Devandra mengulurkan tangannya, menyapa kedua pemuda itu ramah. "Hai, saya Devandra. Senang bisa mengenal kalian, Sena dan ..."
   "Abimanyu," jawab Abimanyu kaku. Mendengar nama laki-laki itu, Abimanyu bernapas lega. Laki-laki Bali itu bukan saingannya. Dia mendengar sendiri pengakuan Andara kepada Mega dan Danasti, bahwa Devandra hanya kakak baginya. Sejujurnya, malah reaksi Sena yang mengganggunya. Akankah mereka bersaing mendapatkan hati Andara? Kalau harus, Abimanyu yakin dia akan kalah.
   "Oya Abimanyu, maaf!" katanya meminta maaf.
   "Tidak apa-apa." Lagi-lagi Abimanyu menjawab kaku. Devandra masih tersenyum ramah.
   "Siapa mereka, Gek?" bisik Devandra dengan nada menggoda.
   "Kok siapa, bukannya tadi sudah kenalan?" sahutnya pura-pura cuek. Mata Abimanyu menangkap pipi gadis tomboi itu merona. Diam-diam Abimanyu tertawa dalam hati, meski yakin bukan dia yang membuat Andara tersipu malu.
    Devandra tergelak, tanpa malu tangan kiri laki-laki itu merangkul pundak Andara, sementara tangan kanannya mengacak rambutnya. Andara berteriak histeris, tangannya sibuk menghalau tangan Devandra yang membuat rambutnya berantakan. Abimanyu menangkap fakta lain, gadis itu tidak marah, malah sebaliknya. Dia terlalu bahagia, Sena yang terlihat tidak suka. Matanya yang tajam tidak lepas dari Devandra, yang terus menggoda Andara. Ekspresi yang belum pernah dilihat Abimanyu selama mengenal cowok kalem itu.
   "Sudah ah, capek! Bli mau makan apa?" Andara mengingatkan niat Devandra sebelumnya. Â
   "Oya lupa. Sebentar buka contekan dulu!" Devandra mengambil gawai dari kantong celananya, lalu mencari sesuatu dari alat komunikasi cerdas itu.
   "Ini!" Benda pipih berwarna putih disodorkan dengan wajah bersemangat. Kening Andara berkerut, seperti tidak percaya.
   "Bli Dev, yakin?" Laki-laki itu mengangguk pasti. Andara menghela napas panjang, lalu menengok ke arah kedua cowok di sebelahnya.
   "Kalian ikut ya?" tanyanya dengan mata berharap. Sena dan Abimanyu berpandangan.
   "Ikut ke mana?" tanya mereka serempak.
   "Kompak ni ye? Pokoknya ikut saja!" sahutnya centil. Abimanyu geleng-geleng kepala, penampakan aneh seorang Andara. Sedahsyat itukah pengaruh Devandra?
(Bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI