"Cukup main-mainnya! Kamu pikir, aku cewek apaan! Jangan sembarangan peluk-peluk!" Abimanyu kaget, tidak menyangka Andara akan bereaksi seperti itu. Namun hanya sesaat, cowok enam belas tahun itu kembali tersenyum. Andara mengentakkan kakinya jengkel.
  "Apa senyum-senyum! Enggak lucu!"
  "Kamu yang lucu, Ra, marah-marah begitu! Memang siapa yang peluk kamu? Aku enggak peluk loh, hanya memegang tangan. Aku enggak suka, tangan ini dipakai untuk memukul kepala. Di dalam sini ini ada otak yang dikasih Tuhan, tidak boleh dipukul-pukul. Kalau koplak(rusak) bagaimana?" Nasehatnya panjang, sambil memegang kepala Andara.Â
   Gadis itu mencebik. Respons Abimanyu tidak tertebak, cowok itu tidak marah, malah tersenyum manis kayak artis Korea-nya Mega. Eh, kok artis Korea sih! Abimanyu orang Jawa, tidak cocok dibandingkan dengan oppa-oppa berwajah halus itu. Diam-diam Andara membantah penilaiannya sendiri.
   "Ra," Panggilan lirih itu membuyarkan pikiran-pikiran aneh Andara. Dalam beberapa menit terakhir, entah sudah berapa kali dia melamun. Berpikir absurb tentang Abimanyu yang begitu sempurna.
   Siapa Andara, yang membuat Abimanyu jatuh cinta? Tanya itu terus mengejarnya sejak tadi. Tidak ada yang istimewa dari dirinya. Andara tidak hebat dalam mata pelajaran Fisika atau Matematika seperti Abimanyu, tidak juga suka basket. Andara lebih suka bahasa Indonesia, hanya suka menulis seperti ayahnya. Andara juga bukan anak orang kaya, dan yang pasti Andara tidak cantik. Setiap hari dia berkaca, Andara sadar sesadar-sadarnya wajahnya sangat biasa. Lalu kenapa Abimanyu memintanya menjadi pacar. Apakah sudah habis cewek cantik di muka Bumi ini, sampai cowok idaman itu putus asa?
   "Kok malah bengong? Kucing tetanggaku mati gara-gara bengong lho?" goda Abimanyu.
   "Garing, nggak lucu!" sahut Andara ketus.
   "Eh, bener! Nggak percaya, ayo ikut aku. Kita tanya tetangga sebelah rumahku!" ajaknya menantang. Andara mendelik. Abimanyu malah tertawa lepas, sampai tubuhnya terguncang. Sesekali tubuh mereka berimpitan karena tawa itu. Tubuh Andara membeku. Apalagi ketika tangan Abimanyu merapikan rambut nakal yang terlepas dari ikatannya. Perasaan aneh menjalar dalam hati Andara, cara Abimanyu memperlakukannya membuatnya kehilangan orientasi.
   Ini sudah tidak benar, aku nggak boleh terlena. Abimanyu hanya main-main. Abimanyu hanya mengujinya. Abimanyu hanya...dialog dalam hatinya membuat Andara bergerak cepat. Tubuh kekar Abimanyu kembali didorong sekuat tenaga. Andara berhasil, tubuh cowok itu mundur beberapa langkah, bahkan sempat oleng sebelum kembali tegak. Andara juga ikut mundur, membuat jarak lebih lebar. Berada dekat dengan Abimanyu membuatnya tidak bisa berpikir waras.
   "Kenapa, Ra?" tanya Abimanyu kembali melangkah maju.