Merasa lucu, Andara terbahak. Abimanyu menarik kepalanya tegak. Lalu menengok ke kanan kiri, mencari sesuatu yang mungkin menyebabkan gadis berambut ekor kuda itu tertawa. Tidak ada siapa-siapa. Lalu, apa yang lucu? Mata Abimanyu memicing, heran.
  "Ada yang lucu?" tanyanya singkat. Masih dengan tawanya, Andara menggeleng. Tangan kirinya digoyangkan di udara, menjawab pertanyaan itu. Sementara tangan kanan memegang perutnya yang terguncang.
   "Apa yang lucu Andara?" sentak Abimanyu mulai tidak sabar. Sungguh, kesabaran seorang Abimanyu mulai diuji. Gadis mungil didepannya masih tertawa.  Perlahan tawa itu lenyap membuat suasana kembali senyap. Andara menegakkan badannya yang sempat membungkuk, mencoba mengambil oksigen sebanyak mungkin. Lalu kembali menatap cowok tampan yang masih menatapnya dengan alis berkerut. Wajahnya menyiratkan ketersinggungan atas sikap gadis yang disukainya.
   "Bisa jelaskan, kenapa kamu tertawa?" tuntutnya setelah menghela napas panjang. Andara tersentak, baru sadar tawanya menyinggung cowok kelas wahid di sekolahnya itu. Cowok tidak bercacat yang dikagumi banyak cewek, juga disegani para guru karena kepribadiannya.
   Abimanyu, bukan seperti cowok-cowok keren yang ada di novel-novel remaja zaman sekarang. Karakter cowok yang biasanya digambarkan tampan, cerdas, jago basket, ketua OSIS, anak orang kaya, paket lengkap. Sayangnya doi bandel, atau seenaknya sendiri. Abimanyu bukan cowok seperti itu. Dia benar-benar paket lengkap, tanpa embel-embel tetapi. Minusnya hanya satu, dia bukan ketua OSIS. Dia hanya ketua kelompok karya ilmiah remaja di sekolah, sesuai dengan hobinya kotak-katik angka dan hipotesa. Andara pernah mendengar, cowok itu malas berpolitik. Â
   "Sori Mas, bukan maksud menyinggung. Tapi.."
   "Tapi apa?" potong Abimanyu cepat. Tanpa disadari rasa hangat menyentuh hatinya, Andara memanggilnya Mas, sopan banget. Sepengetahuannya Andara teramat sangat cuek, tidak menyangka gadis itu memegang etika yang tinggi. Abimanyu puas, penilaiannya terhadap gadis itu benar. Dia cewek istimewa.
   "Maaf, saya hanya tidak percaya dengan apa yang Mas bilang tadi," jawab Andara hati-hati. Gadis itu kembali menatap Abimanyu lekat, menelusuri wajah sempurna tanpa cacat itu. Hidungnya mancung, matanya tajam seperti buruk elang, ditambah dengan alisnya yang tebal. Jangan ditanya bibirnya, sudah jelas sempurna. Kok ada cowok sempurna kayak gini, batin Andara. Aduh, kenapa harus menilai sedetil itu sih, enggak sopan Dara! Gadis itu memukul kepalanya pelan.
  "Eh, kenapa malah pukul kepala?"cegah Abimanyu reflek memegang tangan Andara. Sesaat gadis itu terpaku. Tubuh Abimanyu tinggi menjulang tepat didepannya, tanpa jarak. Mata elang itu menatapnya lembut, mengoyahkan iman.
   Jantungnya berdetak kencang. Andara mengumpat dalam hati, reflek tangannya yang bebas menepuk dadanya. Mencoba meredakan debaran jantungnya. Abimanyu tersenyum, tangan Andara yang dipegangnya ditarik pelan. Tarikan itu sukses membuat tubuh mereka berapat. Tubuh Andara menegang, saat kepalanya menabrak dada bidang cowok itu. Entah dia yang terlalu mungil, atau Abimanyu yang terlalu tinggi. Faktanya tubuhnya hanya sebatas dada Abimanyu. Aroma wangi tubuh cowok ganteng itu membuai penciuman Andara, melenakan. Sampai bisikan lembut Abimanyu kembali menyadarkannya.
   "Andara, kamu mau jadi pacarku?" Andara mendorong tubuh kekar itu cepat. Menatapnya galak.