Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal FX Yuswono, Musisi Keroncong dari Tangerang Selatan

25 Desember 2017   09:15 Diperbarui: 25 Desember 2017   19:54 2256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuswono mengringi lagu keroncong dengan orgen, gambar koleksi sendiri

Sedikit cuplikan dari sisi lain bagaimana uletnya pejuang, penggiat, pelaku, pelatih dan pelestari warisan leluhur seni budaya musik keroncong yang adiluhung ini. Usianya merambah menuju tujuh puluh tahun, tetapi masih terlihat gesit trengginas, apalagi jika dijawil untuk berbicara mengenai musik keroncong dan permasalahannya, aksaranya akan meluncur secara lancar dan terpancar keceriaan pada raut wajahnya. 

Rupanya banyak sekali terselip didalamnya suatu cerita yang menjadikan pengalaman indah hidupnya dengan geliat musik bermakna, sampai-sampai terwujud bias kebanggaan disana.

Penampilan awal jika melihat sosok dari seorang Yuswono ini adalah pendiam, dari kata-katanya terlihat selalu ngemong kepada semua kenalan teman maupun siapa saja yang baru ditemuinya.

Jika berbicara menyangkut perkeroncongan juga tidak pernah menggurui, biasa saja, sepertinya tidak pernah menunjukkan bahwa beliau sudah memiliki segudang cerita dan pengalaman dibalik hiruk-pikuknya musik keroncong yang sudah mengurat mengakar pada dirinya. Setelah terkorek apalagi sepaham dengan lawan bicara, bisa sampai pagi obrolan akan terus berlanjut.

Bagaimana tidak pemahamannya mengakar? selama 55 tahun seni keroncong sudah melekat pada sanubarinya. Sejak usia 14 tahun Yuswono kecil sudah pandai mendatangkan pundi-pundi pengisi saku kantong, buah dari menjadi penyanyi keroncong dengan turut manggung dimana-mana [istilahnya kalau Jawa itu tanggapan] turut keliling tanggapan, bersama grup keroncong asli di Kota Wonosobo.

Yuswono kecil sudah piawai menggetarkan langgam, meliukkan stambul serta mematut keroncong berikut pakem serta cengkok vibranya sehingga secara keseluruhan lagu keroncong yang dinyanyikan menjadi pas enak didengar, Inilah awal mulanya Yuswono gandrung dengan musik yang unik menggetarkan sanubari ini.

Untuk bekal penguasaan mengenai musik, diusia muda sudah mampu membaca not balok, itu sudah disadarinya sejak awal bahwa "Musik tidak boleh terpisah dengan not balok".

Dengan mampu membaca not balok, dimana kedepan nantinya pemain musik harus mampu membaca partitur ketika tampil dikancah perhelatan besar seperti orkestra maupun tampil di layar kaca dan sejenisnya. 

Dengan not balok para musisi dapat menyimpan ilham nada-nada yang didapatkan saat mood datang sebagai cikal bakal pembuatan lagu, dengan not balok pula musisi dengan mudah mengiringi lagu-lagu baru.

"Pemusik minimal harus menguasai not balok, itu penting" lanjutnya ketika berceloteh bangga mengenai musik keroncong.

FX Yuswono ketika bernyanyi di Mall, gambar milik sendiri
FX Yuswono ketika bernyanyi di Mall, gambar milik sendiri
Fransiskus Xaverius Yuswono adalah musisi keroncong serba bisa, disamping menyanyi dengan suara empuknya, beliau juga mampu memainkan beberapa alat musik keroncong, menguasai permainan orgen, seniman begini ini jarang sekali dapat ditemukan. "Kuncinya adalah mencari dan terus belajar", ujarnya.

Penulis menyaksikan sendiri, bahwa buku besar catatannya banyak, selain rajin mencatat nada ketika para penyanyi muridnya yang berlatih di sana dan banyak lagi catatan jenis nada lagu-lagu, boleh dibilang Yuswono ini sangat apik dan teliti.

Musik keronconglah yang menjadikan beliau wara-wiri memenuhi undangan bermain keroncong, memiliki teman-teman seniman besar yang seabrek, menjadi pemain tim inti pada kelompok musik keroncong asli, duduk bersama pemain-pemain handal.

Karena kemampuannya memainkan alat musik Banyo maka beliau dibutuhkan oleh beberapa kelompok musik orkes keroncong seperti, Senja Ayu, Nada Pertiwi dan menjadi pimpinan orkes keroncong Gita Kencana.

Group Keroncong papan atas yang akan berangkat ke Belanda, Gambar milik FX Yuswono
Group Keroncong papan atas yang akan berangkat ke Belanda, Gambar milik FX Yuswono
Gagal main di Belanda.

Pengalaman yang kurang mengenakkan juga pernah dialaminya, ketika orkes keroncong Gita Kencana asuhannya ditawari untuk main ke Negeri Belanda pada acara pasar malam Tong-tong Fair di Den Haag.

Pada waktu itu segala sesuatunya sudah disiapkan, termasuk menyiapkan sembilan personil diantaranya pemain keroncong asli dan dua penyanyi dengan waktu serta biaya ang tidak sedkit, ternyata urung karena satu dan lain hal. Memang demikianlah lika-liku musisi menjadi seniman khusus pada belantara musik keroncong.

bermain langsung dengan OT di radio, gambar milik sendiri
bermain langsung dengan OT di radio, gambar milik sendiri
Pengalaman dan manggung hingga kini.

Langganan manggung sekarang ini di Hotel Mahakam setiap tanggal tujuh belasan, bahkan sebelumnya pernah nangkring main di

Radio kayu manis dari tahun 2005 sampai dengan 2008, Gebyar Keroncong TVRI pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, Peretunjukan langsung di TMII, Hotel Darmawangsa, Rafles Hill-Cibubur, Komplek Menteri Widya Candra, Serta undangan perhelatan dan lain-lain.

Kalau berbicara mengenai seniman keroncong, hampir secara merata profesi tersebut pada umumnya kurang dapat diandalkan untuk kebutuhan hidup, harus ada karya sampingan sebagai pegangan yang pasti.

Untuk hal semacam ini Yuswono sudah mengantisipasi sejak menikah beliau tidak mengandalkan berkeroncong untuk memberi nafkah keluarganya, musik sebagai sampingan namun tetap serius dan cinta mati. Oleh sebab itu bermusik terus berjalan, mencari nafkah suatu kewajiban bagi kepala keluarga.

Pensiunan pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan Nasional ini, sudah 7 tahun hidup sendiri dengan dua puteri, satu orang putra dan 2 cucu ini tetap sabar ketika isteri yang dicintainya mendahuluinya menghadap Sang Khaliq. Dengan berkeroncong dapat sejenak melupakan kesepiannya.

Rumah sebagai markas dengan alat-alat keroncong asli lengkap. gambar milik sendiri
Rumah sebagai markas dengan alat-alat keroncong asli lengkap. gambar milik sendiri
Markas Kumpulnya para pecinta musik keroncong

Suhu keroncong dari Tangerang Selatan [demikian disebut oleh para muridnya] ini rela rumahnya dan rumah putrinya, Ibu Sari dijadikan markas untuk kumpul dan berlatih keroncong sekali dalam seminggu, tepatnya di Hari Rabu. 

Para pecinta keroncong yang datang ini bukan warga Tangeerang Selatan saja melainkan berasal dari segala penjuru se-Jabodetabek, Yuswono banyak memiliki ide cerdas dengan mengajak asuhanya bernyanyi langsung di Radio-radio yang menyiarkan lagu-lagu keroncong. Bernyanyi dengan pertunjukan langsung di Mall, bekerja sama dengan kelompok orkes keroncong ternama.

Mengadakan rekaman untuk mengetes kemampuan sejauh apa hasilnya selama berlatih selama ini, dan hasil rekamannya dapat dijadikan kenang-kenagan bagi anak cucu. Menerima panggilan manggung ditempat hajatan, acara arisan, reuni dan lainya. Serta rencana besar lainnya yang belum dapat diutarakan disini.

Untuk tidak mengecewakan para pecinta keroncong ketika punya hajat atau acara apapun, tetapi ingin menghadirkan penampilan keroncong lengkap dengan pemain musik dengan alat-alat asli kemungkinan itu berbiaya mahal.

Maka dari itu FX Yuswono siap hadir melayani dengan Orgen tunggal [OT] irama musik lagu-lagu keroncong, karena memang bidangnya disana maka beliau mampu mengiringi semua lagu-lagu jenis keroncong dan berbiaya ringan, Tidak menutup kemungkinan bagi yang ingin melagukan musik Pop tidak usah khawatir, beliau juga mampu mengiringi lagu-lagu berirama musik pop.

"Jika kita tidak bertindak dengan bermain pada orgen tunggal musik keroncong, lama-kelamaan keroncong akan hilang gaungnya" Kata Yuswono disuatu obrolan,

Mengapa? iya karena jika ingin mengundang keroncong asli dengan 7 orang pemain dan minimal 2 orang penyanyi, memang biayanya tinggi. 

Masyarakat menengah kebawah ketika ingin tetap menghadirkan suasana keroncong agak terganjal pada nilai rupiahnya. Akhirnya FX Yuswono memutuskan siap main menjadi OT. 

Orgen Tunggal berirama keroncong untuk harga pasti terjangkau, Dengan demikian musik keroncong akan terus bergaung, memancing siapapun tua muda pendengar menjadi kenal serta menimbulkan efek terkenang dengan irama musik keroncong.

Paguyuban MANU, ini baru sebagian. Gambar milik sendiri
Paguyuban MANU, ini baru sebagian. Gambar milik sendiri
Mbombong Ati Ngulur Umur [MANU]

Mencetuskan paguyuban MANU kepanjangannya adalah Mbombong Ati Ngulur Umur, maksudnya dengan kondisi usia senja hatinya dibesarkan secara kesenangan serta bisa terlibat secara langsung bersama musik keroncong, dengan demikian hatinya terbombong agar berumur panjang, disamping tetap menjalani kewajiban berkeyakinan masing-masing untuk bekal akherat nantinya..

Karena musik adalah penyemangat hidup, entah itu lagu riang senang maupun sedih menggamit pahit, tetap saja bunga-bunga keceriaan itu ada.

Dengan usia lansia seperti demikian bersentuhan langsung dengan musik lebih tepat sasarn karena menjadi pupuk bagi kesehetan, menggembirakan hati, paling tidak demikianlah adanya karena penulis juga seorang Lansia, jadi merasakan hal demikian dengan usia lansia.

Meski anggotanya kebanyakan berusia Senja, MANU tetap ikut alur media kekinian dengan ber-WAG, agar lebih mudah berkomonikasi dengan sesama anggota MANU, yang didalamnya juga terjadi keseruan untuk saling berbagi dan menghibur.

Untuk itu Suhu MANU ini memaparkan peraturan didalam WAG agar tidak memasukkan konten ujaran kebencian didalamnya, tidak memposting hal-hal yang panjang lebar dari grup sebelah. Permasalahanya adalah, usia lansia itu tidak usah berfikir yang berat-berat di WAG, mengalir dan menyenangkan saja akan lebih nyaman.

Idenya banyak.

Untuk membuat semangat tinggi anak didiknya, Yuswono menawarkan untuk membuat rekaman, paling tidak mereka memiliki bukti serta kenangan-kenangan dari hasil berlatih terutama membuat bangga anak cucu.

Dapat juga digunakan sebagai evaluasi sudah berapa jauh kemajuan yang didapatkan selama berlatih keroncong disetiap Hari Rabu. Hasil rekaman itu biasanya diputar di Radio-radio swasta.

Di Paguyuban MANU ini juga Sering didapat info lomba-lomba keroncong, disebabkan anggota disini bukan berasal dari Kota Tangerang Selatan saja, melainkan dari seantero JABODETABEK. Bagi yang suka lomba hal ini sangat menyenangkan, karena bisa ikut uji nyali.

Media turut melestarikan musik keroncong

Masih ada beberapa media yang turut andil dalam melestarikan musik keroncong, seperti Televisi Republik Indonesia (TVRI), dan Radio-radio swasta. Media-media ini juga wajib diberi apresiasi sudah turut serta melestarikan musik keroncong.

Dengan setia menyelenggarakan lagu-lagu berirama keroncong dan mengajak ber interaksi langsung dengan para pengunjung dan pendengarnya untuk bernyanyi, hal yang demikianlah menjadikan musik keroncong ini tetap lestari.

Masih mungkinkah ada uluran tangan dari Pemerintah Daerah khusus Tangerang Selatan bagi pelestarian warisan budaya?

Sampai saat ini untuk melestarikan alias nguri-uri sebuah warisan budaya peninggalan dari leluhur berbentuk seni keroncong yang tidak terkalkulasi nilainya, masyarakat dan seniman keroncong Tangerang selatan mempertahankan musik warisan leluhur ini dengan cara tradisional, yaitu secara swadaya bagi masing-masing pecinta seni ini.

Padahal kebanyakan para seniman keroncong ini sudah lansia, renta, sakit-sakitan bahkan banyak juga yang sudah kembali pulang keperistirahatan terakhirnya dan tidak semua berharta melimpah, hanya kekuatan niat agar seni budaya yang adiluhung ini tidak berpindah kepemilikannya oleh Negara lain.

Sungguh ironis memang, manakala beberapa Negara yang bangga serta kagum dengan adanya musik keroncong, justru disini semuanya masih dibiayai oleh diri sendiri, dari mulai pencinta musiknya yang tetap kompak dengan saweran, pelatihnya memberikan ilmu dengan gratis serta menjadikan rumahnya sebagai markas. 

Untuk menunjang makan minumnya, pecinta seni ini juga berswadaya dengan cara potluck setiap ada latihan, sebagian yang hadir membawa apa yang dimiliki dirumahnya, walau sederhana dimarkas MANU ini makan siang selalu terasa nikmat, barangkali yang masak dan yang membawa makanan dengan niat iklas. 

Sebenarnya jika saja suatu daerah ada ruang khusus Centra pusat untuk berkesenian yang terjadwal sehingga masyarakat penikmat akan mengunjungi dan menikmati seni kesukaannya masing-masing barangkali beberapa seni budaya tersebut akan dapat terpelihara keberadaannya dan tetap terlestarikan.

Hanya bisa berharap dari pemangku kekuasaan Negeri ini agar turut menyimak serta memikirkan nasib seni budaya warisan leluhur yang adi luhung ini dari cuilan dana APBN karena keroncong Indonesia adalah milik Negara Republik Indonesia.

Salam Keroncong

Lestari Keroncong ku

-Ngesti Setyo Moerni

Artikel ini diperuntukan khusus bagi SUHU Keroncong Tangerang Selatan, Bapak FX Yuswono yang sedang merayakan Natal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun