Ikut Pameran Pariwisata di Halaman Istana Negara
Masih ada cerita sedikit, pada saat Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, kami diberi tugas untuk menjadi penjaga stand Pameran Penerbangan pada tanggal 17 Agustus sore Hari. Disana ada Pameran tentang pesawat yang dimiliki, route penerbangan yang diselenggarakan dan seluk beluk kesibukan Perusahaan, dengan kulinairnya yang khas produk Maskapai penerbangan yang ada.
Banyak yang membuka stand khusus Penerbangan yang ada di Indonesia dengan kulinair unggulan. Pada tanggal 17 Agustus sore banyak undangan termasuk tamu-tamu dari Manca Negara, dengan demikian selesai penurunan Bendera ada Syukuran ramah tamah hingga makan malam tamu undangan kelas atas. Pameran wisata Indonesia dengan penunjangnya dipamerkan dengan penerbangan milik Negeri ini.
Catatan:
Pengalaman ini disampaikan untuk memberikan support motivasi dan semangat bagi anda generasi muda yang sering mengalami kegagalan seperti penulis. Keinginan penulis yang segudang namun sering sekali tidak terealisasi karena sering gagal dibiaya atau gagal di kemampuan daya, air mata yang tertumpah sudah tidak terhitung luasnya.
Terus mencoba dan berjuang, akhirnya selama lima tahun lebih penulis dapat merasakan naik pesawat secara gratis dari keringat sendiri tanpa dibiayai oleh siapapun, dengan gaji yang memuaskan keluar masuk Hotel melanglang buana dan menikmati wisata alam yang indah dimana-mana, meski pernah mengalami kendala di udara tetapi sering sukanya dari pada duka.
Penulis yang hanya anak daerah, ketika bersekolah hanya dengan berjalan kaki atau bersepeda, ternyata bisa bersama-sama satu Pesawat dengan Presiden beberapa hari dan berkali-kali, tidak hanya Presiden saja termasuk para Pejabat tinggi Negeri ini, para Jendral, pengusaha besar, pekerja pengeboran minyak yang terdiri dari orang asing sampai rakyat biasa yaitu para transmigran, meski hanya melayani diudara, paling tidak sudah dikenalkan oleh Perusahaan penerbangan ini untuk dapat bersilaturachmi dengan kalangan atas dan menengah kebawah secara sopan dan baik-baik.
Perlu disadari Semua ini tergantung kepada Ketentuan Allah, tanpa ijin dan Ridho-Nya semuanya akan sia-sia, namun tunjukkan dulu pergulatan dan tekad untuk menuju kesana.
Dan... penulis berani melawan pra Takdir yang direncanakan oleh manusia untuk menikah diusia muda, seandainya saja penulis menjalani yang ditentukan para sepuh tentu penulis termasuk wanita yang hanya berkutat dirumah seperti “katak dibawah tempurung” Menunda waktu perkawinan tidak berarti menghambat membina rumah tangga untuk melanjutkan generasi lanjutan, sesuai Perintah Yang Maha Kuasa. Buktinya sampai sekarang penulis sudah dapat mengantar anak-anak menuju gerbang rumah tangga tanpa harus dibilang perawan tua ketika menikah diusia yang sudah diambang batas dan InsyaAlloh sebentar lagi generasi ketiga segera hadir di Dunia ini.
Mari anak-anak muda, perjuangkan keinginan yang mendesak dicita-mu.