"Raishakah yang kamu maksud?'
"Ya."
"Iya benar. Raisha satu pesantren juga sekamar denganku di pesantren. Bagaimana kabar dia?"
"Sepertinya dia ndak ada bedanya dengan orang yang bukan dari pesantren."
"Maksudmu? "
"Ya seperti orang yang ndak punya ilmu dari pesantren."
Aku lihat bola mata jelinya membundar membelalak.
"Baju muslimahnya model-model. Hijabnya warna-warni, " aku melanjutkan.
"Walaupun kurang baik, itu bukan perkara yang diharamkan, " kilahnya, menanggapi uraianku. Seketika wajah seriusnya mengendur datar.
"Tapi celananya ketat, jilbabnya mini, sehingga kelihatan lekuk-lekuk payudaranya."
Kulihat matanya sendu, menyimpan sedih yang sangat. Bibir merah alaminya digigit. Hela nafasnya memanjang.