Mohon tunggu...
Anandya Dara Putri Setiawan
Anandya Dara Putri Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - Psikologi - Mercu Buana

Anandya Dara Putri Setiawan 461212010054 Psikologi - Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 KOGSOS - Sudah Selingkuh namun Masih di Maafkan

18 Juni 2024   19:36 Diperbarui: 18 Juni 2024   22:56 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah Selingkuh namum Masih di maafkan : Streotyping, Cognition Bias and Prejudice

disusun oleh : 

Anandya Dara Putri Setiawan dan Mesha Rani Azzahra

Mahasiswa Psikologi Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat 

Kasus suami selebgram yang ketahuan selingkuh namun istrinya memaafkannya menuai beragam reaksi dari warganet. Pandangan netizen seringkali mencerminkan proses kognisi sosial, yaitu bagaimana mereka memahami, mengevaluasi, dan merespons tindakan orang lain dalam konteks sosial.

Beberapa netizen menunjukkan empati terhadap istri selebritis tersebut. Mereka mencoba memahami keputusan untuk memaafkan dari sudut pandang emosional dan situasional. Beberapa netizen menegaskan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang kompleks dan penuh dinamika yang tidak mudah dipahami dari luar. Mereka menghormati keputusan perempuan untuk memberikan kesempatan kedua, karena ini adalah tindakan yang membutuhkan kekuatan dan tekad yang luar biasa.

Salah satu netizen menuliskan, "Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik layar kehidupan seseorang. Mungkin dia memaafkan karena ada hal yang lebih penting yang ingin dia perjuangkan, seperti keluarganya."

Disisi lain, banyak netizen yang mengkritik keputusan wanita tersebut memaafkan suaminya. Mereka melihat hal ini sebagai tanda kelemahan atau ketidakmampuan mengambil tindakan tegas terhadap perselingkuhan. Ada yang berpendapat bahwa tindakan memaafkan bisa menjadi contoh buruk dalam menghadapi perselingkuhan dalam suatu hubungan.

Seorang pengguna Twitter berkomentar: "Memaafkan itu baik, tapi ada batasannya. Dengan memaafkan suaminya begitu mudah, mungkin dia menunjukkan bahwa perselingkuhan adalah sesuatu yang bisa dimaafkan tanpa konsekuensi."

Pendapat para pengguna internet juga tidak lepas dari stereotip dan bias gender. Beberapa komentar mencerminkan pandangan bahwa perempuan harus lebih toleran dan pemaaf dalam hubungan, sementara laki-laki sering dikatakan punya 'alasan' untuk selingkuh. Bias ini menunjukkan bagaimana kognisi sosial dipengaruhi oleh norma dan ekspektasi gender yang berlaku di masyarakat.

Salah satu komentar berbunyi: "Kalau laki-laki selingkuh, biasanya perempuan yang disalahkan karena dianggap tidak mampu mengurus rumah. Ini tidak adil dan menunjukkan masih kuatnya bias gender."

Media sosial berperan besar dalam membentuk dan menyebarkan opini pengguna internet. Algoritme platform media sosial sering kali mempromosikan konten yang provokatif dan emosional, yang dapat memperkuat pandangan ekstrim dan mengurangi ruang untuk diskusi yang lebih bernuansa. Hal ini dapat menyebabkan polarisasi pendapat, dimana pengguna internet cenderung mengambil posisi sangat mendukung atau sangat menentang tanpa mempertimbangkan kompleksitas situasi.

Pandangan netizen terhadap kasus suami selebriti yang selingkuh namun dimaafkan istrinya mencerminkan beberapa aspek kognisi sosial, antara lain empati, kritik, bias gender, dan pengaruh media sosial. Pendapat ini mengungkapkan betapa kompleksnya respons emosional dan kognitif kita terhadap tindakan orang lain dalam konteks sosial. Memahami dinamika ini dapat membantu kita lebih menghargai perspektif yang berbeda dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antar manusia.

Kasus Selebgram yang sudah mengumbar perselingkuhan suaminya ke sosial media, namun pada akhirnya tetap dimaafkan dan kembali hidup bersama

Isu perselingkuhan banyak mewarnai kehidupan selebriti. Di era digital ini, ada beberapa pasangan influencer, artis atau tiktokers yang membongkar permasalahan rumah tangganya lewat media sosial yaitu Instagram, salah satu permasalahannya adalah perselingkuhan. Rumor itu pun cepat tersebar di dunia maya dan langsung menjadi viral, seperti yang dilakukan oleh tiktokers Ira Nandha yang ramai diperbincangkan pada akhir 2023 hinggi kini. Ira Nandha mengungkapkan dan mengumbar perselingkuhan suaminya yang bernama Elmer. Elmer berprofesi sebagai pilot yang berselingkuh dengan pramugari. Banyak nya netizen yang tidak percaya dengan hal itu karena menurut netizen jika suaminya Ira adalah suami idaman bagi para perempuan di tiktok dan ayah idaman.

Ira Nandha sebagai istri sah tidak segan - segan membagikan capture chat mesra sampai chat yang tidak senonoh antara suaminya dengan selingkuhannya tersebut. Dari capture chat yang tersebar luas tersebut menjadikan warga sosial media ikut geram dengan perilaku perselingkuhan yang dilakukan oleh suami tiktokers tersebut. Hal itu menuai banyak komentar dari banyak netizen, banyak sekali netizen yang memberikan support pada  Ira karena merasa jika apa yang dilakukan oleh suami mereka sudah tidak benar dan tidak dapat dipertahankan kembali.

Setelah membongkar perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan, tidak jarang pernikahan tersebut berakhir di meja hijau. Namun, tidak sedikit pula yang memilih untuk memaafkan pasangan mereka. Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial memperlihatkan Ira Nandha dan suami nya menghadiri acara bersama. Setelah lama video itu muncul di media sosial baru lah Ira Nandha mengklarifikasi jika ia dan suami nya sepakat untuk menjalin hubungan rumah tangga kembali dan mulai dari nol.

Hal tersebut membuat para netizen dan bahkan orang terdekat mereka kecewa, karena netizen bahkan orang terdekat mereka tidak menyangka jika mereka akan kembali bersama setelah membongkar perselingkuhan itu di sosial media. Komentar netizen di media sosial Ira Nandha menjadi ramai karena mereka kembali bersama, ada netizen yang berkomentar “ bu kalo diselingkuhin lagi jangan bongkar aib suami ya “ dan ada juga yang berkomentar “ lumayan karena bongkar aib semua jadi dapat endorse dan followers naik 2 juta” masih banyak lagi komentar - komentar kekecewaan dari netizen dan ada pula beberapa selebgram yang membela Ira ikut turut kecewa karena memilih untuk kembali bersama walaupun suaminya sudah melakukan hal yang tidak senonoh saat perselingkuhannya dengan pramugari.

Analisis Teori  Stereotyping : Cognition and bias  & Prejudice

Stereotip adalah aspek kognitif dari bias – yang paling sering dipelajari untuk gender, ras, dan usia – dan muncul dalam bentuk yang terang-terangan dan tidak kentara, sebuah perbedaan yang penting baik dari segi praktis maupun teoritis. Sementara itu menurut Samovar & Porter (Mulyana, 2006) stereotip merupakan persepsi atau kepercayaan yang dianut mengenai kelompok atau individu berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentuk. 

Dalam kognisi sosial, stereotip berfungsi sebagai mekanisme kognitif yang memudahkan individu dalam memproses dan mengelompokkan informasi dengan cepat, tetapi seringkali menyebabkan kesalahan penilaian dan prasangka. Stereotip juga mempunyai dua kelompok yaitu implisit dan automatic. Stereotip Implisit adalah sebuah keyakinan atau sebuah asumsi yang tidak disadari yang kita miliki tentang suatu kelompok tertentu dan seringkali dapat mempengaruhi sikap bahkan perilaku kita terhadap kelompok tersebut sedangkan automatic stereotip adalah sebuah asumsi atau penilaian yang terjadi secara otomatis dan cepat terhadap suatu kelompok atau sebuah situasi individu, seringkali tanpa kesadaran atau kontrol sadar. Mereka muncul dalam sebuah situasi dimana otak secara cepat menghubungkan informasi dengan stereotip yang telah disimpan sebelumnya dalam memori. 

Sikap terhadap orang yang memilih untuk menjalin hubungan kembali dengan suami yang telah berselingkuh masih dapat terpengaruh oleh stereotip dan prasangka. Sebagian besar masyarakat berpikir bahwa selingkuh adalah hal yang tidak bisa dimaafkan dan dengan konsekuensi harus ditinggalkan (diceraikan). Dalam konteks tersebut, jika seorang yang sudah diselingkuhi dan secara terang - terangan membagikan capture chat perselingkuhan antara pasangan nya dengan orang lain dianggap mengumbar aib kepada khalayak banyak. Stereotip ini juga dapat mencakup pandangan negatif terhadap individu yang memilih menjalin hubungan kembali meski diselingkuhi dan telah mengumbar capture chat perselingkuhan pasangannya yang dianggap mengumbar aib sebagai orang yang tidak tahu malu, tidak dewasa, tidak bertanggung jawab, atau tidak konsisten dalam berkeputusan.

Stereotip adalah representasi mental yang terlalu disederhanakan tentang kelompok atau individu berdasarkan atribut tertentu. Dalam kasus perselingkuhan Ira Nandha, stereotip kognisi berperan dalam membentuk opini publik.

1. Stereotip Gender: 

  • Perempuan Sebagai Penjaga Moralitas: Ada ekspektasi sosial yang kuat bahwa perempuan harus menjaga kesetiaan dan moralitas keluarga. Perselingkuhan oleh seorang perempuan seringkali dipandang lebih negatif karena dianggap melanggar peran tradisional ini.

  • Persepsi Terhadap Laki-laki dan Perempuan dalam Perselingkuhan: Laki-laki yang terlibat dalam perselingkuhan kadang dipersepsikan dengan lebih longgar karena ada stereotip bahwa laki-laki lebih cenderung mengikuti hasrat seksual. Sebaliknya, perempuan yang berselingkuh sering kali menerima hukuman sosial yang lebih berat.

2. Stereotip Sosial

  • Status dan Moralitas: Jika Ira Nandha memiliki status sosial atau publik tertentu, tindakan perselingkuhannya mungkin dipandang lebih mengejutkan dan mengecewakan. Publik cenderung mengharapkan standar moral yang lebih tinggi dari individu dengan status tertentu.

3. Stereotip otomatis

  • Wanita lebih emosional daripada pria: hal ini terbukti karena Ira Nandha memposting perselingkuhan suaminya di sosial media saat emosi nya tidak stabil dengan tujuan memberikan sanksi sosial kepada suaminya.

Prejudice

Menurut Matsumoto (2003) didefinisikan sebagai keinginan memberikan penilaian kepada orang lain yang didasari pada keanggotaan kelompok sosial seseorang. Emotional Prejudice melampaui sekedar penilaian positif atau negatif terhadap suatu kelompok. Ini melibatkan berbagai emosi seperti rasa takut, jijik, iri hati, kasihan, cemas, kecewa dan dendam yang semuanya memiliki kualitas yang berbeda. Emosi-emosi spesifik ini ditujukan kepada kelompok tertentu dan menggerakkan perilaku secara khusus, sehingga memegang peranan penting secara praktis. 

Namun, pentingnya juga terlihat dalam konteks teoritis. Emotional Prejudice ini gambaran netizen yang merasa jijik, kasihan karena melihat dan membaca capture yang di posting oleh Ira Nandha, merasa jijik karena banyak kata-kata yang tidak baik dan senonoh  sedangkan merasa kasihan karena netizen berfikir jika suami Ira adalah suami idaman tetapi malah sebaliknya justru menyakiti Ira. Lalu setelah melihat sebuah video Ira dan suami berbaikan serta klarifikasi, sebagian besar netizen merasa prihatin dan kecewa kenapa harus memilih untuk tetap melanjutkan hubungan setelah menyebarkan capture chat tersebut yang mengakibatkan suaminya mendapat sanksi sosial serta Ira sudah mendapat banyak dukungan untuk melepaskan suami yang dikatakan netizen tidak tahu diuntung.

Bias Kognitif 

Bias kognitif adalah kecenderungan sistematis dalam cara manusia memproses informasi yang dapat mempengaruhi penilaian dan keputusan. Bias ini mempengaruhi persepsi publik terhadap kasus perselingkuhan Ira Nandha.

1. Bias Konfirmasi: 

  • Orang cenderung mencari, mengingat, dan menginterpretasikan informasi yang sesuai dengan keyakinan atau stereotip mereka sebelumnya. Jika publik sudah memiliki pandangan negatif atau skeptis tentang Ira Nandha, mereka akan lebih mudah menerima informasi negatif tentang dirinya.

2. Bias Kesalahan Atribusi: 

  • Kesalahan Atribusi Dasar: Publik cenderung mengaitkan tindakan perselingkuhan dengan karakter atau sifat internal Ira Nandha daripada mempertimbangkan faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi perilakunya.

  • Atribusi Defensive: Untuk melindungi diri dari perasaan rentan terhadap situasi serupa, orang cenderung menyalahkan pelaku dengan lebih keras, memproyeksikan pandangan moral mereka sendiri.

3. Bias Negativitas: 

  • Informasi negatif cenderung mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan informasi positif. Kasus perselingkuhan yang penuh skandal lebih mudah menyebar di media sosial dan memicu respons emosional yang kuat dari publik.

Pengaruh Media Sosial

Media sosial memainkan peran signifikan dalam memperkuat stereotip dan bias kognitif. Algoritma media sosial memprioritaskan konten yang memicu keterlibatan emosional tinggi, seperti berita negatif dan sensasional. Reaksi dan komentar publik yang viral dapat memperkuat persepsi negatif terhadap Ira Nandha, menciptakan lingkaran umpan balik yang sulit dihentikan.

Kesimpulan

Analisis teori stereotip kognisi dan bias kognitif menunjukkan bahwa persepsi publik terhadap kasus perselingkuhan Ira Nandha tidak sepenuhnya objektif. Stereotip gender, bias konfirmasi, bias kesalahan atribusi, dan bias negativitas semuanya memainkan peran penting dalam membentuk opini publik. Memahami dinamika ini penting untuk mencapai penilaian yang lebih adil dan seimbang terhadap kasus-kasus serupa di masa depan.

Sc.

Decety, J., & Jackson, P. L. (2004). The functional architecture of human empathy. Behavioral and Cognitive Neuroscience Reviews, 3(2), 71-100.

Kelley, H. H., & Michela, J. L. (1980). Attribution theory and research. Annual Review of Psychology, 31(1), 457-501.

Rusbult, C. E. (1980). Commitment and satisfaction in romantic associations: A test of the investment model. Journal of Experimental Social Psychology, 16(2), 172-186.

Kruglanski, A. W., & Webster, D. M. (1996). Motivated closing of the mind: "Seizing" and "freezing." Psychological Review, 103(2), 263-283.

Sunstein, C. R. (2001). Republic.com 2.0. Princeton University Press.

Angelina, P., Christanti, F. D., & Mulya, H. C. (2021). Gambaran Self esteem Remaja Perempuan Yang Merasa imperfect akibat body shaming. Experientia: Jurnal Psikologi Indonesia, 9(2), 94–103.

https://doi.org/10.33508/exp.v9i2.2889

 Fiske, S. T. (1998). Stereotyping, prejudice, and discrimination. In D. T. Gilbert, S. T. Fiske, & G. Lindzey (Eds.), **The handbook of social psychology** (4th ed., Vol. 2, pp. 357-411). McGraw-Hill.

Tversky, A., & Kahneman, D. (1974). Judgment under uncertainty: Heuristics and biases. **Science**, 185(4157), 1124-1131.

Kahneman, D. (2011). **Thinking, Fast and Slow**. Farrar, Straus and Giroux.

Siska Sriwijaya, Nurlaela Widyarini, Ria Wiyatfi Linsiyah (2024). Gambaran Streorype Gender di Wilayah Kabupaten Jember, Jurnal Psikologi Nomor 2, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun