"Perjalanan Ke Warung Paling Dekat"
Ilham hidup di sebuah kampung yang tak terjangkau oleh sinyal ponsel. Ia bukan pemuda istimewa. Ilham hanyalah seorang pengangguran, lulusan SMA yang menghabiskan hari-harinya dengan mengawasi ayam-ayam peliharaan ibunya atau duduk-duduk di bawah pohon rambutan di halaman depan rumahnya. Namun, ada satu hal yang membedakan Ilham dari pemuda kampung lainnya: ia sangat malas.
Bagi Ilham, segala sesuatu adalah perjuangan besar. Bahkan hal sekecil berjalan ke warung milik Pak Totok yang berjarak tak lebih dari 200 meter dari rumahnya.
--
Pagi itu, ibunya meminta Ilham membeli cabai dan garam. "Hanya itu," katanya. "Kalau tidak ada, kita tak bisa masak hari ini."
Ilham mengeluh dalam hati. "Kenapa aku? Kenapa tidak Ayu saja?" protesnya, merujuk pada adik perempuannya yang sedang asyik membaca novel di sudut dapur.
Namun, ibunya sudah keluar ke kebun belakang, tidak mendengar protes itu. Dengan langkah malas, Ilham mengenakan sandal jepitnya dan keluar rumah, memulai perjalanan yang akan menjadi pengalaman luar biasa baginya.
--
Baru beberapa langkah, ia bertemu Kakek Wiryo, tetangga sebelah rumah yang tengah menyapu halaman.
"Mau ke mana, Ham?" tanya kakek itu seraya tersenyum lebar.
"Ke warung," jawab Ilham singkat.