***
Waktu memang tak bisa diputar ulang. Tapi waktu yang tersisa bisa diisi dengan hal-hal yang bermakna. Itulah yang kupelajari dari kepergian Mama. Bahwa hidup bukan hanya tentang mengejar mimpi, tapi juga tentang merawat hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi.
Setiap pagi, sebelum berangkat ke lab, aku selalu menyempatkan diri mengunjungi makam Mama. Membawa bunga kesukaannya - anggrek putih yang sekarang kutanam di halaman rumah. Menceritakan rencana hariku, atau sekadar mengucapkan, "Pagi, Ma. Aku berangkat kerja dulu ya."
Kadang aku bertanya-tanya, bagaimana aku esok jika Mama tiada? Jawabannya ternyata sederhana - aku akan terus hidup, mengejar mimpi-mimpiku, tapi dengan cara yang berbeda. Cara yang akan membuat Mama tersenyum bangga di surga sana.
Karena cinta seorang ibu tak pernah benar-benar pergi. Ia hanya berubah bentuk - menjadi kenangan manis yang memberi kita kekuatan untuk terus melangkah, menjadi bisikan lembut yang menuntun kita pulang saat kita tersesat.
Dan aku? Aku akan terus berjalan di jalan yang kupilih, membawa cinta Mama dalam setiap langkahku. Karena bagaimanapun aku esok, Mama akan selalu ada - dalam setiap detak jantungku, dalam setiap mimpi yang kuwujudkan, dalam setiap kebaikan yang kulakukan untuk orang lain.
Terima kasih, Ma. Untuk segalanya.
-TAMAT-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H