Mohon tunggu...
Kim Ikarose
Kim Ikarose Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ika Maya Rose, penulis aktif novel dan cerpen di berbagai platform menulis, selain itu hobby menggambar dan melukis. Suka membaca dalam kesendirian. Di luar kegiatan sebagai penulis., bekerja sebagai guru seni menggambar untuk anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagaimana Aku Esok,,Jika Mama Tiada

22 Desember 2024   05:59 Diperbarui: 22 Desember 2024   05:59 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seminggu berlalu sejak kepergian Mama. Aku masih di Indonesia, belum kembali ke Jepang. Ada banyak hal yang harus kuurus, termasuk rumah peninggalan orangtuaku.

Saat membereskan kamar Mama, aku menemukan sebuah kotak kayu berukir di lemari pakaiannya. Di dalamnya ada tumpukan surat yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Tanganku gemetar membuka amplop pertama. Surat itu ditujukan untukku, ditulis tiga bulan lalu.

"Untuk anakku tersayang, Nara.

Mama menulis surat ini karena ada banyak hal yang ingin Mama sampaikan, tapi Mama tahu kamu sedang sibuk dengan penelitianmu. Mama nggak mau mengganggumu dengan telepon atau chat yang mungkin akan membuatmu merasa bersalah karena jarang membalas...

Mama cuma mau bilang kalau Mama sangat bangga padamu, Nak. Melihatmu mengejar mimpimu dengan gigih membuat Mama bahagia. Jangan pernah merasa bersalah karena memilih jalan hidupmu sendiri. Itulah yang selalu Mama dan Papa inginkan - melihatmu tumbuh menjadi perempuan mandiri yang berani mengejar passion-nya.

Mama memang kadang kesepian, tapi bukan berarti Mama menyalahkanmu. Justru kesepian itu membuat Mama belajar banyak hal baru. Mama mulai ikut kelas memasak, belajar berkebun, bahkan sekarang sudah bisa main gitar lho! Coba kalau kamu pulang nanti, Mama akan nyanyikan lagu kesukaanmu waktu kecil.

Oh iya, minggu lalu Mama check up ke dokter. Katanya tekanan darah Mama agak tinggi, tapi nggak perlu khawatir. Mama sudah diberi obat dan diminta untuk lebih hati-hati dengan pola makan. Mama nggak cerita ini ke kamu karena nggak mau kamu cemas dan terganggu pekerjaanmu..."

Aku tak sanggup melanjutkan membaca. Air mata mengaburkan pandanganku. Di kotak itu masih ada belasan surat lainnya, semua ditujukan untukku, ditulis dalam rentang waktu berbeda.

Mama menulis semua ini untukku, tapi tak pernah mengirimkannya. Dia memilih menyimpan kerinduannya dalam lembaran-lembaran kertas ini, tak ingin memberatkanku dengan cerita tentang kesepian dan kondisi kesehatannya.

Kuraih ponselku, membuka galeri foto. Ada ratusan foto hasil penelitianku di lab, tapi nyaris tak ada foto bersama Mama. Bahkan foto terakhir kami berdua diambil saat wisudaku tiga tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun