Mohon tunggu...
Kim Ikarose
Kim Ikarose Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ika Maya Rose, penulis aktif novel dan cerpen di berbagai platform menulis, selain itu hobby menggambar dan melukis. Suka membaca dalam kesendirian. Di luar kegiatan sebagai penulis., bekerja sebagai guru seni menggambar untuk anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranting di Musim Hujan

3 Desember 2024   07:34 Diperbarui: 3 Desember 2024   07:39 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dan saya akan membuang ranting-ranting itu ke tempat yang lebih baik," jawab Bu Ani, tidak mau kalah.

Keduanya pun kembali ke rumah masing-masing, tanpa saling menyapa. Ranting-ranting itu tetap berserakan, menjadi penghalang antara mereka. 

Hari-hari berlalu, dan hujan terus turun. Ranting-ranting itu terus bertambah, tetapi keduanya tidak pernah lagi berbicara. Mereka menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi ada jarak yang semakin lebar di antara mereka. Setiap kali Pak Joko melihat ranting di halaman belakangnya, ia merasa kesal, sementara Bu Ani merasa bersalah, tetapi tidak ingin mengakui kesalahannya.

Suatu hari, saat hujan reda, Pak Joko memutuskan untuk membersihkan halamannya sekali lagi. Ia mengumpulkan ranting-ranting itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, ketika ia melihat ke arah halaman Bu Ani, ia melihat bahwa ranting-ranting itu telah menumpuk lebih banyak lagi.

Dalam hatinya, ia merasa bahwa perdebatan ini tidak akan pernah berakhir. Sementara itu, Bu Ani juga melihat halaman Pak Joko dan merasakan hal yang sama. Mereka berdua tinggal bersebelahan, tetapi tidak pernah saling menyapa, terjebak dalam lingkaran kesalahpahaman yang tak berujung.

Ranting-ranting itu, yang seharusnya menjadi bagian dari alam, kini menjadi simbol dari ketidakpuasan dan kesalahpahaman antara dua tetangga yang tidak pernah saling berbicara lagi. Dan di tengah hujan yang terus turun, mereka tetap hidup dalam kesunyian, terpisah oleh ranting-ranting yang menghalangi hubungan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun