Sepulang dari Pemakaman Kami kembali kerumah duka di Bilangan Tangerang selatan. Hari itu pukul 14.00 WIB, hari Sabtu 15 Februari 2020 kami berkumpul bersama keluarga besar, menghabiskan kedukaan bersama atas berpulangnya Ibunda Kami tercinta. Mendung didalam dada kami tergambarkan dalam suasana rintik hujan yang jatuh ketanah mengiringi tergelincirnya matahari berlalu perlahan namun pasti merambah sore menjadi semakin senja dan redup.
Total 44 hari dalam perawatan, 38 harinya kami habiskan menunggui ibunda di Ruang ICU di salah satu Rumah sakit swasta di BSD. Banyak hikmah dan pelajaran yang kami dapatkan. Dari protokol penanganan Pasien di ICU, Protokol Kesehatan, dan kebijakan Rumah sakit terhadap penunggu pasien, juga Undang-undang kesehatan, dan Undang-undang Peraturan rumah sakit saya pelajari karena saat itu harus Dispute dengan manajemen Rumah sakit dan perlu melayangkan protes terkait beberapa layanan yang dijalankan.
Awal Februari 2020 ketika menunggui Ibunda, Â saya melihat berita Televisi di ruang tunggu ICU. Penjemputan WNI di Wuhan China dengan menggunakan pesawat carteran. Pada saat turun dari tangga pesawat, para penumpang tersebut dihadang barisan petugas menggendong tabung cairan yang berisi disenfektan, menyemburkan cairannya kepada para penumpang tersebut. Sontak saya heran dan merasa kasihan dengan para penumpang pesawat tersebut harus disembur-sembur cairan seperti tumbuhan saja. Berita NcoV-19 atau Novel Corona Virus-2019, lebih familiar disebut Virus Corona masih samar-samar dan belum santer. Sempat saya ngobrol berbicara pada salah satu Suster yang menangani Ibunda yang dirawat, tentang Virus Corona, dia hanya menjelaskan bahwa Manajemen RS belum fokus terhadap pandemi tersebut. Hanya saja telah ada instruksi guna rencana persiapan Ruang instalasi khusus jika pandemic ini telah ada masuk ke Indonesia.
Bayangkan, betapa santainya kita menghadapi pandemic itu. Karena memang belum pernah terfikirkan bahwa Virus Corona ini akan benar-benar menghantam negeri ini. Kejadian kebelakang sebelumnya Dunia Kesehatan mencatat adanya SARS kemudian  MERS ada juga Flu Burung  lanjut Flu Babi serta pandemi-pandemi lainnya, tidak pernah benar-benar sampai atau mungkin tidak pernah terungkap sehingga tidak menjadi bahan perhatian kita masyarakat Indonesia.
Waktu berlalu, terus bergulir, kami makin terbiasa dengan benda-benda seperti Pasien Monitor, Oximeter, Nebulizer, Ventilator dan lain sebagainya yang menyertai keseharian kami di Ruang Perawatan Intensive. Peradangan dan infeksi di pernafasan pasca Operasi Ibunda yang sudah sepuh memaksa Rumah sakit mengerahkan seluruh alat bantu penopang kesembuhan ibunda. Pro-kes cuci tangan, hand sanitizer, memakai masker adalah keseharian yang rutin kami jalani. Tuhan berkehendak lain, lebih mencintai Ibunda untuk menghadap-Nya. 14 Februari 2020 adalah hari yang tidak akan kami lupakan, ibunda pergi meninggalkan kami.
Awal februari 2020 berita NcoV-19 santer makin terdengar. kisah penderita yang terpapar beredar bercampur di media-media social. Antara fakta dan ilusi menyatu menciptakan berita-berita Hoaks dan simpang siur menggambarkan Warga yang bergelimpangan dijalanan, atau pengemudi OJOL yang terkapar diatas motor, kemudian setelah dikonfirmasi ternyata hanya ketiduran karena lelah.
Pada Awalnya
Didalam Tinjauan Literatur yang diterbitkan oleh "Wellness And Healthy Magazine" Terbitan Februari 2020 dijelaskan Covid-19 adalah tipe baru dari SARS-CoV-2. Pertama kali diketahui di Wuhan, Provinsi Hubei Negeri China. dan pada 2 Maret 2020 telah meng-Infeksi 90.308 orang dengan jumlah kematian mencapai 3.087 jiwa (6%) dan Pasien yang sembuh dicatat sebanyak 45.726 orang. Info data menunjukan total 66% pasien penderita pernah berkaitan atau terpajan dengan pasar  Seafood atau pasar umum Wuhan. Dari penelitian sample isolat pasien Wuhan menunjukan adanya infeksi Corona Virus, jenis beta corona virus tipe baru. Dan diberi nama "2019 novel Coronavirus" (2019-nCoV) pada tanggal 11 Februari 2020. WHO sendiri melabeli virus tersebut dengan "Severe Acute respiratory syndrome coronavirus-2"  (SARS-CoV-2) .  lebih jauh awal ketika penyakit ini merebak, dalam laman Kompas.com menceritakan kisah direktur departemen darurat rumah sakit Wuhan, dokter Ai Fen yang menemukan banyak pasien dengan gejala yang mirip Flu pada 30 Desember 2019, tidak bisa ditangani dengan pengobatan yang seperti biasanya. Hasil penelitian laboratorium yang memeriksa sample pasien akhirnya menuliskan diagnose "SARS Coronavirus".  Data ini tanpa sengaja menyebar dikalangan Medis Wuhan dan dampaknya terhadap sang dokter menjadikannya mendapatkan berbagai tekanan baik dari rumah sakit tempatnya bekerja maupun otoritas setempat.
Campur tangan politis Adidaya dan Adikuasa
Perang dagang yang melibatkan Amerika dan China mewarnai perkembangan penyebaran Virus Corona di dunia. Dalam wawancara Pers dengan wartawan gedung putih, Donald Trump mengancam China dengan usulan akan menerapkan Tarif bea masuk atas Barang China di USA. Seperti dilansir CNBC Indonesia, pada 30 April 2020 Trump dengan Bukti yang kuat menuduh bahwa Institute Virologi Wuhan merupakan Laboratorium yang mengawali atau pertama kali menyebabkan timbulnya Virus Ini. Trump patut Cemas oleh dampak Pandemi ini. Prediksi lembaga Internal Amerika memprediksi perkembangan Ekonomi akan Minus hampir 6 %
China Sendiri Merespon Tuduhan Amerika tersebut dengan narasi yang menolak tuduhan melalui saluran online resmi. Para pejabatnya menyanggah dan membalas tuduhan Amerika dengan membuat pernyataan-pernyataan penolakan. Bahkan salah satu pejabat di China merilis bahwa Corona Virus sesungguhnya dibawa Oleh Serdadu Amerika ke negaranya untuk disebarkan. Tendensi itu tidak disertakan bukti. Pasang surut hubungan politik kedua negeri melalui saling lempar tuduhan, terutama Amerika kepada China mewarnai pasang surut ekonomi dan juga ketegangan regional.
Secara global Triwulan ke empat, di akhir 2020, bbc.com merilis 39 juta kasus di 189 negara dunia terkonfirmasi terpapar Corona Virus. Data dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) merilis data minggu ke dua Januari 2021 di Amerika menempati korban jiwa tertinggi di dunia. Yaitu sebesar 397,611 Jiwa.
Bagaimana Situasi Indonesia
Menurut data statistic per 31 Desember 2020 ECDC melaporkan total kasus korban Jiwa akibat Corona Virus di Indonesia 25.987 Jiwa. Lebih tinggi disajikan oleh data CSSE Johns Hopkins University sebanyak 27.453 kasus Meninggal karena Corona Virus mendekati Pusat data yang dikeluarkan Kementrian kesehatan RI sebesar 27.664 Jiwa.
Indonesia tidak baru kali ini saja menyikapi kasus Pendemi. Pada kurun waktu tahun 2009-2010 merebak kasus Flu Babi H1N1. Beberapa lembaga institusi penyerukan penggunaan masker. Dibeberapa kantor dan instansi (walau belum merata) banyak kesadaran timbul dari masyarakat menggunakan masker. Â Walau belum umum penggunaannya, namun hand sanitizer sudah disediakan dibeberapa tempat umum. Beberapa mall perbelanjaan dan kantor-kantor sudah ada yang ber inisiatif menyediakan. Kurun waktu itu sudah tidak aneh beberapa orang penumpang kendaraan umum, comuter line/kereta memakai masker guna menghindari paparan batuk atau influenza penumpang lainnya. Di beberapa stasiun umum masker murah-meriah dijual, dengan berbagai macam kualitas. Memasuki Pandemi Covid-19 masyarakat "dipaksa" oleh keadaan, baik itu tekanan aturan maupun sukarela untuk terbiasa dengan Masker. Tambahan juga menjaga jarak dan Cuci Tangan. Slogan 3 M benar-benar massive merubah perilaku umum yang dikategorikan perilaku New Normal (walaupun situasinya tidak kembali normal seperti semula). Â
Tepat pada waktu 25 Maret 2020 saat itu adalah hari ke 40, ibunda meninggalkan kami. Biasanya di lingkungan keluarga yang terbiasa melakukan pengajian tahlil, hari itu digunakan untuk berkumpul mengadakan pengajian. Kami selalu mempersilahkan anggota keluarga yang ingin melaksanakan (walaupun saya tidak menjalankannya). Namun hari itu, kami sekeluarga besar sepakat untuk melewatkan saja. Mengikuti himbauan otoritas kesehatan agar menghindari kerumunan-kerumunan, baik kegiatan sosial maupun ritual peribadatan. Menjaga kemungkinan terburuk, serta memutus mata rantai penyebaran menjadi dasar pemikiran kami. Â Berbulan bulan kami menjalani Pembatasan sosial banyak mendapat hikmah dan pengalaman baru. Termasuk ikut ambil bagian menjadi bagian Satuan Tugas (SATGAS) Covid yang dibentuk di lingkungan pemukiman, Â berdasar peraturan menteri dan juga peraturan Gubernur serta Bupati. Himbauan Pro-Kes, penggalangan logistik dan juga himbauan menjalankan 3 M rutin dilakukan. Hambatan utama bukan pada mereka yang melanggar karena kurangnya edukasi. Perlawanan datang dari mereka yang melihat dan menganggap bahwa situasi ini merupakan setingan belaka. Bermacam narasi dikeluarkan untuk "denying" atau menafikan keberadaan Virus ini. Teori-teori Konspirasi dan juga Narasi Tatanan Dunia Baru yang sedang "bergerak" mengorbankan nyawa, menjadi alasan mereka yg menolak keberadaan Covid-19 dan menjadi Rentan tertular atau bahkan menjadi agen penularan kepada yang lainnya. Kajian-kajian online (banyak) pakar Nasional yg menyatakan ini Virus buatan namun disalah artikan oleh audiens menjadi ini Virus "mainan" sehingga tidak menakutkan bagi mereka.
Dimasa pandemi ini saya mengalami banyak hikmah dan pengalaman di lingkungan keluarga. Kadangkala berfikir Apa jadinya jika ibunda, mengalami kondisi penanganan ICU Rumah sakit itu terjadi di kurun pertengahan tahun 2020, atau saat pandemi mulai bergaung di negeri kita, akankah sesak nafasnya menjadi sebab keluar Vonis terpapar Covid-19? Bukankah beliau menjalani therapy Nebulizer, dan dipasang Ventilator yang seperti theraphy pasien Covid-19 yang berat? Bukankah kami juga mendapat protokol ketat saat menjadi penunggu ibunda di ruang ICU, berbagai pengandai-andaian muncul dikepala saya. Ya, ibu saya yang usia 74 Tahun saat itu harus menjalani Operasi Tulang Punggung, sayatan sepanjang 20 Centimeter di punggungnya yang sudah sepuh Rapuh menimbulkan berbagai komplikasi, bekerjasama dengan comorbid-nya, Diabetes Melitus yang sudah menahun. Infeksi menjalar ke paru-paru, diperparah gangguan ginjal, menyebabhkan cairan merembes dan mengganggu paru-parunya.Â
Pada Oktober 2020 Adik ipar, karena satu dan lain hal harus masuk perawatan Intensive Care karena tidak sadarkan diri. Hasil CT kepala menunjukan, ada rembesan darah yang disebabkan peningkatan produksi darah merah. Keluarga diminta untuk menandatangani berkas formulir untuk persetujuan tindakan darurat jika diperlukan. Formulir tersebut Juga persetujuan melepaskan Nakes dari tuntutan karena kondisi pasien yang sudah berat. Â Seminggu perawatan, kami dikagetkan oleh protokol RS yang meminta Pasien akan di Swab dan penunggu kontak erat yakni saya dan Istri juga masuk tracing harus di Swab. Sontak kami kaget meminta penjelasan. Ya tentu saja. Kami khawatir , kenapa tidak dilakukan diawal saat masuk RS, kenapa menunggu seminggu, berbagai pertanyaan ada dibenak kami. Akhirnya dengan syarat, kami meminta rekam medis untuk dikonsultasikan dengan keluarga (yg juga Tenaga Kesehatan). Pihak RS surut tidak terlalu ngotot guna melanjutkan pemeriksaan Swab. Namun dengan berbagai pertimbangan keluarga kami akhirnya mengalah untuk mempersilahkan RS memeriksa (Swab) Adik kami tersebut. Waktu berjalan tingkat kesadaran adik kami menurun menjadi Koma. Â 14 hari total perawatan Intencive Care adik kami menghembuskan nafasnya yang terakhir. Di surat Keterangan kematian yang dikeluarkan kemudian ditulis, "bukan disebabkan oleh penyakit menular"
Pengalaman dalam menghadapi situasi lingkungan komplek Rumah tempat tinggal, saya betul-betul mendapat pelajaran. Warga yang berdekatan ditempat tinggal kami dikabarkan Wafat dirumahnya. Selaku pengurus / satgas Covid-19 saya segera turun tangan dan menggali info. Hari Senin sebelumnya diceritakan almarhumah mendatangi praktek dokter umum karena sesak nafas. 3 hari kemudian (kamis) beliau menghembuskan nafas terakhir. Saat mendatangi puskesmas setempat, kami diarahkan puskesmas untuk tracing/swab kepada keluarga almarhum yang terdiri dari suami dan putrinya. Hasil pemeriksaan keluar, dan ternyata Positif.
Kami simpulkan, almarhumah meninggal karena Covid-19 dan kembali kami mengontak Puskesmas untuk pemakaman Protokol Covid. Tidak semudah membalikan telapak tangan, puskesmas beralasan, wafatnya dirumah jadi tidak bisa berbuat banyak. Duh.. bagaimana ini? Bagaimana saya bisa membiarkan pemulasaraan jenazah oleh DKM setempat dan membiarkan para warga pemulasara terpapar itu pun kalau ada yang mau.  Sementara kuat dugaan almarhumah terpapar Covid-19 ? dengan birokrasi yang njelimet dan juga upaya-upaya politis melibatkan Pintu Anggota Dewan Perwakilan setempat (daerah),  jenazah dibawa ke RSUD guna pemakaman Protokol Covid-19
Terlepas dari Rekayasa, Hoaks Covid-19 ataupun teori konspirasi, Sebagai orang yang memiliki fikiran sehat, jauhkan umpatan atau penyangkalan terhadap Pandemi. Virus ini ada dan nyata. Jangan mencela: Covad-Covid lah, atau Hoak lah.  Tidak ada salahnya kita melakukan 3 M, memakai masker, karena pun jika tidak ada Covid, banyak orang yang batuk pilek menyemburkan Virusnya. Minimal kita menghindari influenza. Menjaga Jarak, bukankah ini juga positif, bukankah manusia memiliki banyak Patogen penyebab berbagai sakit. Dan kita tidak bisa mengukur kualitas kebersihan dari tampilan saja. Bisa saja orang berpakaian rapi namun perilakunya jorok. Mencuci tangan sudah diajarkan sejak dahulu dari kita sekolah dasar. Mungkin dengan momen Pandemi ini kita dipaksa untuk menerapkan ajaran yang pernah kita lalui. Dalam jurnal kesehatan disebut, cuci tangan adalah salah satu cara jitu menghindari penyebaran Diare, kolera dan disentri penyebab banyak kematian didunia selain covid-19 sekarang ini. Â
Nah. Yang paling pas adalah, jika anda tidak percaya Covid-19 Itu terserah, tapi hargailah orang yang memiliki kehawatiran dan berharap untuk tidak terkena penyakit dari anda. Sebab, sehat adalah hak semua orang. Jangan anda saja yang boleh merasa sehat, dan orang lain tidak anda pedulikan. Â Lakukan selalu 3 M. ingat saat ini ada atau tiada Virus Covid-19, jika anda harus jatuh sakit dan perlu perawatan, jangan berharap anda nyaman dalam perawatan RS saat ini. Semua yang masuk rumah sakit akan diberlakukan Protokol Kesehatan oleh semua Nakes, dianggap memiliki potensi Covid-19. Â dianggap kemungkinan terpapar sangat tinggi sehingga ketat pemeriksaan selalu erat kaitan dengan Covid-19 maka dari itu tidak ada salah dan rugi mengikuti Protokol kesehatan, menjalankan 3 M serta berperilaku sehat sebagai wujud tanggungjawab kemanusiaan untuk sesama.
Terakhir ingin saya sampaikan, dari  tulisan ini. Dilingkungan Rukun Warga kami sudah total 31 orang terpapar Virus Covid-19, dan yang wafat karenanya 2 Orang. Sebelumnya kedua orang tersebut tidak menunjukan gejala, sampai akhirnya wafat. Yang lainnya sedang menjalani proses penyembuhan dan isloasi mandiri.  Jadi Virus Ini Nyata ada dan kematian warga kami bukanya rekayasa. Telah merenggut nyawa, dengan proses yang pasti, Believe it or not.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H