Mohon tunggu...
Nuri_Nurzikri
Nuri_Nurzikri Mohon Tunggu... Jurnalis - travelers, Motorist, Citizen Journalist

Aku sudah banyak merasakan kepahitan dalam hidupku. dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia-Ali bin abuThalib.ra

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Covid-19 antara Hoaks dan Kenyataan

23 Januari 2021   23:37 Diperbarui: 23 Januari 2021   23:40 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

China Sendiri Merespon Tuduhan Amerika tersebut dengan narasi yang menolak tuduhan melalui saluran online resmi. Para pejabatnya menyanggah dan membalas tuduhan Amerika dengan membuat pernyataan-pernyataan penolakan. Bahkan salah satu pejabat di China merilis bahwa Corona Virus sesungguhnya dibawa Oleh Serdadu Amerika ke negaranya untuk disebarkan. Tendensi itu tidak disertakan bukti. Pasang surut hubungan politik kedua negeri melalui saling lempar tuduhan, terutama Amerika kepada China mewarnai pasang surut ekonomi dan juga ketegangan regional.

Secara global Triwulan ke empat, di akhir 2020, bbc.com merilis 39 juta kasus di 189 negara dunia terkonfirmasi terpapar Corona Virus. Data dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) merilis data minggu ke dua Januari 2021 di Amerika menempati korban jiwa tertinggi di dunia. Yaitu sebesar 397,611 Jiwa.

Bagaimana Situasi Indonesia

Menurut data statistic per 31 Desember 2020 ECDC melaporkan total kasus korban Jiwa akibat Corona Virus di Indonesia 25.987 Jiwa. Lebih tinggi disajikan oleh data CSSE Johns Hopkins University sebanyak 27.453 kasus Meninggal karena Corona Virus mendekati Pusat data yang dikeluarkan Kementrian kesehatan RI sebesar 27.664 Jiwa.

Sumber:Statistik JHU  Case covid
Sumber:Statistik JHU  Case covid

Indonesia tidak baru kali ini saja menyikapi kasus Pendemi. Pada kurun waktu tahun 2009-2010 merebak kasus Flu Babi H1N1. Beberapa lembaga institusi penyerukan penggunaan masker. Dibeberapa kantor dan instansi (walau belum merata) banyak kesadaran timbul dari masyarakat menggunakan masker.  Walau belum umum penggunaannya, namun hand sanitizer sudah disediakan dibeberapa tempat umum. Beberapa mall perbelanjaan dan kantor-kantor sudah ada yang ber inisiatif menyediakan. Kurun waktu itu sudah tidak aneh beberapa orang penumpang kendaraan umum, comuter line/kereta memakai masker guna menghindari paparan batuk atau influenza penumpang lainnya. Di beberapa stasiun umum masker murah-meriah dijual, dengan berbagai macam kualitas. Memasuki Pandemi Covid-19 masyarakat "dipaksa" oleh keadaan, baik itu tekanan aturan maupun sukarela untuk terbiasa dengan Masker. Tambahan juga menjaga jarak dan Cuci Tangan. Slogan 3 M benar-benar massive merubah perilaku umum yang dikategorikan perilaku New Normal (walaupun situasinya tidak kembali normal seperti semula).  

Tepat pada waktu 25 Maret 2020 saat itu adalah hari ke 40, ibunda meninggalkan kami. Biasanya di lingkungan keluarga yang terbiasa melakukan pengajian tahlil, hari itu digunakan untuk berkumpul mengadakan pengajian. Kami selalu mempersilahkan anggota keluarga yang ingin melaksanakan (walaupun saya tidak menjalankannya). Namun hari itu, kami sekeluarga besar sepakat untuk melewatkan saja. Mengikuti himbauan otoritas kesehatan agar menghindari kerumunan-kerumunan, baik kegiatan sosial maupun ritual peribadatan. Menjaga kemungkinan terburuk, serta memutus mata rantai penyebaran menjadi dasar pemikiran kami.  Berbulan bulan kami menjalani Pembatasan sosial banyak mendapat hikmah dan pengalaman baru. Termasuk ikut ambil bagian menjadi bagian Satuan Tugas (SATGAS) Covid yang dibentuk di lingkungan pemukiman,  berdasar peraturan menteri dan juga peraturan Gubernur serta Bupati. Himbauan Pro-Kes, penggalangan logistik dan juga himbauan menjalankan 3 M rutin dilakukan. Hambatan utama bukan pada mereka yang melanggar karena kurangnya edukasi. Perlawanan datang dari mereka yang melihat dan menganggap bahwa situasi ini merupakan setingan belaka. Bermacam narasi dikeluarkan untuk "denying" atau menafikan keberadaan Virus ini. Teori-teori Konspirasi dan juga Narasi Tatanan Dunia Baru yang sedang "bergerak" mengorbankan nyawa, menjadi alasan mereka yg menolak keberadaan Covid-19 dan menjadi Rentan tertular atau bahkan menjadi agen penularan kepada yang lainnya. Kajian-kajian online (banyak) pakar Nasional yg menyatakan ini Virus buatan namun disalah artikan oleh audiens menjadi ini Virus "mainan" sehingga tidak menakutkan bagi mereka.

Dimasa pandemi ini saya mengalami banyak hikmah dan pengalaman di lingkungan keluarga. Kadangkala berfikir Apa jadinya jika ibunda, mengalami kondisi penanganan ICU Rumah sakit itu terjadi di kurun pertengahan tahun 2020, atau saat pandemi mulai bergaung di negeri kita, akankah sesak nafasnya menjadi sebab keluar Vonis terpapar Covid-19? Bukankah beliau menjalani therapy Nebulizer, dan dipasang Ventilator yang seperti theraphy pasien Covid-19 yang berat? Bukankah kami juga mendapat protokol ketat saat menjadi penunggu ibunda di ruang ICU, berbagai pengandai-andaian muncul dikepala saya. Ya, ibu saya yang usia 74 Tahun saat itu harus menjalani Operasi Tulang Punggung, sayatan sepanjang 20 Centimeter di punggungnya yang sudah sepuh Rapuh menimbulkan berbagai komplikasi, bekerjasama dengan comorbid-nya, Diabetes Melitus yang sudah menahun. Infeksi menjalar ke paru-paru, diperparah gangguan ginjal, menyebabhkan cairan merembes dan mengganggu paru-parunya. 

Pada Oktober 2020 Adik ipar, karena satu dan lain hal harus masuk perawatan Intensive Care karena tidak sadarkan diri. Hasil CT kepala menunjukan, ada rembesan darah yang disebabkan peningkatan produksi darah merah. Keluarga diminta untuk menandatangani berkas formulir untuk persetujuan tindakan darurat jika diperlukan. Formulir tersebut Juga persetujuan melepaskan Nakes dari tuntutan karena kondisi pasien yang sudah berat.  Seminggu perawatan, kami dikagetkan oleh protokol RS yang meminta Pasien akan di Swab dan penunggu kontak erat yakni saya dan Istri juga masuk tracing harus di Swab. Sontak kami kaget meminta penjelasan. Ya tentu saja. Kami khawatir , kenapa tidak dilakukan diawal saat masuk RS, kenapa menunggu seminggu, berbagai pertanyaan ada dibenak kami. Akhirnya dengan syarat, kami meminta rekam medis untuk dikonsultasikan dengan keluarga (yg juga Tenaga Kesehatan). Pihak RS surut tidak terlalu ngotot guna melanjutkan pemeriksaan Swab. Namun dengan berbagai pertimbangan keluarga kami akhirnya mengalah untuk mempersilahkan RS memeriksa (Swab) Adik kami tersebut. Waktu berjalan tingkat kesadaran adik kami menurun menjadi Koma.  14 hari total perawatan Intencive Care adik kami menghembuskan nafasnya yang terakhir. Di surat Keterangan kematian yang dikeluarkan kemudian ditulis, "bukan disebabkan oleh penyakit menular"

Pengalaman dalam menghadapi situasi lingkungan komplek Rumah tempat tinggal, saya betul-betul mendapat pelajaran. Warga yang berdekatan ditempat tinggal kami dikabarkan Wafat dirumahnya. Selaku pengurus / satgas Covid-19 saya segera turun tangan dan menggali info. Hari Senin sebelumnya diceritakan almarhumah mendatangi praktek dokter umum karena sesak nafas. 3 hari kemudian (kamis) beliau menghembuskan nafas terakhir. Saat mendatangi puskesmas setempat, kami diarahkan puskesmas untuk tracing/swab kepada keluarga almarhum yang terdiri dari suami dan putrinya. Hasil pemeriksaan keluar, dan ternyata Positif.

Kami simpulkan, almarhumah meninggal karena Covid-19 dan kembali kami mengontak Puskesmas untuk pemakaman Protokol Covid. Tidak semudah membalikan telapak tangan, puskesmas beralasan, wafatnya dirumah jadi tidak bisa berbuat banyak. Duh.. bagaimana ini? Bagaimana saya bisa membiarkan pemulasaraan jenazah oleh DKM setempat dan membiarkan para warga pemulasara terpapar itu pun kalau ada yang mau.  Sementara kuat dugaan almarhumah terpapar Covid-19 ? dengan birokrasi yang njelimet dan juga upaya-upaya politis melibatkan Pintu Anggota Dewan Perwakilan setempat (daerah),  jenazah dibawa ke RSUD guna pemakaman Protokol Covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun