Mohon tunggu...
Kiky Rifky
Kiky Rifky Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis untuk hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengais Sisa Senja

17 Desember 2022   21:39 Diperbarui: 17 Desember 2022   21:44 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki itu bersenandung lagu cicak-cicak di dinding kesukaan anaknya dengan irama Nahawand yang bersifat tenang, tentram, dan damai. Ia berharap dengan nyanyian itu, putrinya bahagia meski ayahnya nyaris gugur sebagai pahlawan yang terteb4s sangkur perpisahan. 

"Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap, datang seekor nyamuk,"

"Hap!" Suara Namira dan Laila kompak membuat lelaki itu menoleh ke arah anak di pangkuan istrinya, dilihatnya Namira tertawa kecil dan satu kecupan dari ibunya mendarat di pipi mungilnya. Anak istrinya perlahan hilang seperti transisi fade out di aplikasi edit video. 

"Lalu terlelap. Selamat tidur panjang, Sayang!"

Lelaki itu mengecup nisan yang tertanam di atas gundukan kesedihan.

Seduh sebelum sedih! Kulanjutkan ceritanya.

Lelaki itu menulis surat untuk Tuhan, tintanya dari ampas kopi dan wangi hujan. 

"Duhai Tuhan yang Esa-Nya tiada diduakan

Duhai Tuhan yang setia tanpa kawan Duhai Tuhan cinta tanpa kepalsuan

Duhai Tuhan yang sendiri tanpa kesepian Hamba-Mu ini satu dari sekian Melupakan, dilupakan, terlupakan 

Hamba-Mu setia tapi tertawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun