Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menikung (4)

9 Maret 2022   22:49 Diperbarui: 9 Maret 2022   22:57 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mama kan begitu ke cucunya.kalau musim liburan nggak pada ke sini, suka nanyain, takut kenapa-kenapa?"

Kusnadi berbalik memandang ke luar. Mengamati hujan yang semakin lebat.

"Yang dari Jakarta pada ke sini juga?" tanya Kusnadi. Kakaknya Mira ada yang tinggal di Jakarta. Kakak laki-lakinya yang sulung, menikah dengan orang Bali.

"Nggak. Tahun ini liburannya giliran ke neneknya yang di Bali. Gantian setahun sekali."

Kusnadi teringat kepada orang tuanya. Jangan-jangan tidak terlalu berbeda. Keponakan-keponakannya sudah mulsi berdatangan pada liburan. Terbayang nakal-nakal. Ke neneknya bermanja-manja melebihi ke ibunya. Apa lagi anak-anaknya Teh Kiki. Nakalnya lebih dari yang lain. Ibu suka terganggu kalau mau salat. Tetapi Kusnadi juga tahu, ibunya itu sabar dihormati orang. Senakal apapun cucunya, tidak sampai ada yang disabet apa lagi dipukul. Cukup menegurnya saja. Sepertinya itulah yang menyebabkan cucu-cucunya pada betah.

"Gimana kalau hujannya nggak berhenti?"  tanya Mira agak bermalas-malasan.

Kusnadi tak menjawab. Dia terus mengamati air hujan yang jatuh dari atap.

"Iya."  ujarnya pelan. "Kata orang tua kalau hujan putih mah suka lama."

"Gimana kalau yang menemui Kang Zul Kus aja sendiri."

"Ah nggak akan bener. Gimana kalau di sana teh ngajak merundingkan pesangon?" kata Kusnadi sambil tertawa.

"Pesangon apa?" tanya Mira heran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun