Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menikung (1)

7 Maret 2022   21:45 Diperbarui: 7 Maret 2022   21:47 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lia mengangguk. Kusnadi pamitan. Baru saja sampai di gang, perutnya keroncongan. Terasa lapar lagi. Jadi tidak langsung pulang, mampir dulu ke lapangan Gasibu. Lalu duduk di warung nasi.

"Rames saja, Bi." pintanya.

"Sudah tidak ada apa-apa , Cep. Cuma ada goreng tempe."

Kusnadi termenung sambil melihat-lihat.

"Nasinya saja Bi. Biar saya kasih kuah mi." kata Kusnadi sambil beranjak ke sebekah, pesan ke yang jual mi kocok.

Selama melahap dia terus berpikir. Bagaimana caranya agar bisa meneliti sendiri ke Zulkarnaen. Ingin tahu bagaimana sebenarnya. Jangan-jangan ada sebab-sebab lain hingga memutuskan koran tidak terbit lagi. Menurut perhitungannya rasanya tidak usah tidak terbit. Terakhir oplahnya masih lima ribu. Terhitung merosot kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Jangan beberapa tahun ke belakang. Waktu menghsdapi kampanye pemilu, oplah koran melonjak. Tetapi hingga saat ini terus menurun.

Pada rapat mendekati berhenti, wijaya pernah berkata mencela isi koran.

"Semakin ke sini, isi PUBLIK semakin turun saja.Tidak pernah ada tulisan bermutu, yang digarsp serius." ujarnya bersemangat.

"Serius di mananya Oom?" sahut Zulkarnaen.

"Pokoknya dalam isinya, ada masalah politik, tapi tidak ke sana tidak ke sini. Ada hiburan, tapi terkadang sampai suka bertanya, apa istimewanya soal begitu sampai harus menjadi berita? Apa tidak ada lagi soal lain?"

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun