5). Tidak hidup boros. Pola hidup boros di mana pun akan selalu membuat kondisi keuangan kita menjadi tidak stabil.
6). Sebaiknya jangan terlalu sering buka puasa di luar rumah. Bila memungkinkan kita bisa membuat sendiri menu sahur dan buka puasa selama bulan Ramadhan di masa pandemi Covid - 19, kita bisa mencarinya di internet.Lalu, belanja bahan makanan dan minuman cenderung lebih murah dibandingkan membeli makanan dan minuman yang sudah jadi. Setelah itu kita memasaknya bersama keluarga di rumah dalam suasana harmonis. Sehingga membantu kita menghemat pengeluaran. Sesekali kita bisa membeli makan dan minuman dari penjaja sajian buka puasa di warung, cafe, resto, atau hotel. Kita juga bisa memanfaatkan takjil yang sering disediakan gratis dan dibagikan di masjid terdekat.
7). Kita dianjurkan menjaga kesehatan tubuh dengan pola hidup sehat selama menjalankan ibadah suci puasa Ramadhan, untuk menghindari mengeluarkan biaya berobat dan perawatan bila kita sakit. Jangan terlambat bangun untuk makan sahur, dan olah raga dua kali seminggu untuk menjaga kebugaran tubuh.
Pepatah mengatakan hemat pangkal kaya, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Bukan berarti untuk hemat kita harus hidup menderita. Hemat pun kalau sengsara tidak ada artinya.
Kalau kita berpenghasilan besar tetapi pola hidup seperti orang tidak berharta, apa kata dunia? Contoh, mobil kita bef-AC, untuk menghemat bahan bakar AC tidak pernah digunakan sampai akhirnya rusak. Berapa biaya perbaikan AC?
Hidup hemat ada seninya; tergantung situasi dan kondisi.
Beberapa hal yang bisa kita renungkan:Â
1). Harga murah bukan segalanya. Dulu orang tua kita berangkat ke pasar, seluruh transaksinya dengan menawar harga dalam waktu yang sangat lama. Benarkah hasil tersebut.sesuai kondisi kita saat ini?  Bila waktu dan kepastian harga ( sepanjang harga tidak terlalu mahal) penting untuk kita, tetapi mencari harga semurah-murahnya merupakan pemborosan. Mungkin yang terasa sekarang, lalu lintad macet. Bayangkan hanya untuk mengejar harga murah beberapa barang kita harus menempuh  satu jam perjalanan atau lebih.. Berapa liter bensin atau ongkos transportasi yang kita keluarkan? Sudahkah diperhitungkan dengan baik terhadap harga barang yang akan kita beli?  Di samping kemungkinan kita tergoda untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan.
Apa tujuan sebenarnya kita berhemat? Agar kita mendapat manfaat maksimal darj uang kita? Indikator utamanya memaksimalkan manfaat untuk hal yang penting dan prioritas bagj kita.
Manfaat dan prioritas setiap orang akan berbeda. Pada dasarnya pertimbangan pertama ini adalah masalah optimalisasi. Berbeda dengan maksimalisasi karena optimal adalah kondisi maksimal pada indikator utama yang bisa tampak tidak maksimal pada indikator lain. Konsep optimalisasi adalah mencari kondisi terbaik dari banyak kriteria ysng bertentangan. Seperti antara pilihan waktu dan harga, agar optimal mungkin kita harus memilih yang sedikit lebih tinggi harganya tetapi waktu lenih cepat dan efisien.
2). Cari harga termurah untuk mamfaat utama yang sama. Banyak orang mengatakan, semua urusan ujung-ujungnya duit. Sesudah mempertimbangkan hal-hal yang kita anggap penting untuk dihemat (non harga), berikutnya kita harus mempertimbangkan harga untuk mamfaat utama yang sama. Seperti halnya kita naik pesawat terbang, pada dasarnya kita membeli tempat dan waktu. Membeli tempat berarti kita harus berada di tempat di tempat atau kota yang dituju dengan selamat, dan membeli waktu berarti kita harus berada dalam waktu yang sesuai dengan kebutuhan kita berada di kota tersebut. Semuanya bergantung kepada situasi seseorang bisa berhemat dengan mencari tiket pesawat yang paling murah untuk rute dan manfaat yang sama.