Latar Belakang
Efek pandemi Covid-19 masih terasa hingga saat ini, meskipun pembelajaran sudah dilaksanakan secara tatap muka. Hal ini terlihat dari menurunnya antusias murid selama berada disekolah (murid ingin segera pulang) dan menurunnya karakter baik murid (terhadap guru dan sesama teman). Selain itu, memudarnya rasa disiplin anak terhadap bentuk disiplin diri di sekolah. Â
Menyikapi hal tersebut maka perlu adanya pembentukan KEYAKINAN KELAS/SEKOLAH.  Keyakinan kelas dibentuk secara bersama antara guru dan murid sebagai panduan yang dapat dipedomani dalam melaksanakan segala sesuatu di kelas/sekolah guna  mewujudkan budaya positif sekolah. Â
Dengan keyakinan kelas yang dibentuk bersama maka hal ini akan mengurangi bentuk aturan yang umumnya tidak disukai oleh  murid sebagai pelaku pelanggaran. Murid tidak menyukai hukuman meskipun telah melakukan pelanggaran. Keyakinan kelas tidak menerapkan hukuman melainkan melatih disiplin diri murid.Â
Tujuan
1. Menciptakan murid yang mempunyai disiplin diri positif yang kuatÂ
2. Mewujudkan budaya positif sekolah dengan meyakini nilai-nilai kebajikan universalÂ
3. Mewujudkan posisi kontrol sebagai manajer pada guru SD Negeri 01 KayugeritanÂ
Linimasa Tindakan
1. Menghadap Kepala Sekolah untuk menyampaikan pentingnya mewujudkan budaya positif sekolah melalui keyakinan kelasÂ
2. Meminta ijin Kepala Sekolah untuk mendesiminasikan dengan rekan guruÂ
3. Berkoordinasi dengan rekan kerja untuk menerapkan keyakinan kelas (dipasang di kelas) dan posisi kontrol sebagai manajer manakala menyelesaikan kasus indisipliner muridÂ
4. Berkolaborasi dengan murid untuk merumuskan keyakinan kelas sebagai panduan untuk mewujudkan budaya positif sekolahÂ
5. Memantau dan merefleksikan keyakinan kelas yang telah dibuat bersama antara guru dan muridÂ
6. Mengevaluasi pelaksaan keyakinan kelas demi terwujudnya kelas impian dan budaya posistif sekolahÂ
Tolak Ukur
a. Keyakinan Kelas :Â Terbentuknya Keyakinan kelas yang dibuat bersama antara Guru kelas dan murid, serta guru dan murid mampu untuk mempedomonainya dengan rasa penuh tanggung jawab untuk mewujudkan budaya positif sekolah.
b. Nilai Kebajikan Universal :Â Tumbuhnya nilai-nilai kebajikan universal dalam diri murid sebagai langkah menumbuhkan disiplin positif dan mewujudkan buadaya sekolah.
c. Posisi Kontrol :Â guru mampu menerapkan posisi kontrol sebagai Manajer dalam menghadapi kasus indisipliner murid.
Daya Dukung yang dibutuhkanÂ
1. Dukungan dari Kepala Sekolah, rekan kerja, dan murid demi terlaksananya rencana kegiatan yang telah disusun. Â Â
2. Dukungan orang tua dalam pelaksanaan disiplin positif dirumahÂ
3. Dukungan sarana dan prasarana dalam rangka mewujudkan budaya positif sekolahÂ
DISIPLIN POSITIF
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan pendidikan (menciptakan murid merdeka), syarat utamanya adalah disiplin kuat. Â Disiplin kuat = disiplin diri (motivasi internal). Â Disiplin diri = mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai (nilai-nilai kebajikan universal.).Â
Jadi Disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia (nilai-nilai kebajikan universal).
NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL
Nilai-nilai kebajikan universal lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya.Â
Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.Â
Salah satunya adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia yang kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila
KEYAKINAN SEKOLAH/KELAS
Keyakinan sekolah/kelas :Â
bentuk kesepakatan yang dibuat bersama antara guru dan murid yang dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan suatu tindakan dilingkungan sekolah/kelas.
 PEMBENTUKAN KEYAKINAN SEKOLAH/KELAS
1.Keyakinan kelas bersifat lebih 'abstrak' daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
2.Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
3.Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
4.Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
5.Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.Â
6.Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
7.Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
PROSEDUR PEMBENTUKAN KEYAKINAN SEKOLAH/KELAS
1 .Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di sekolah/kelas.
2.Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah pendapat.
3.Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur 'Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas'. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.Â
4.Sebaiknya keyakinan sekolah/kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya dan akibatnya sulit untuk dijalankan.
5.Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua warga/murid.Â
6.Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
5 KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1.penguasaan (power)
2.kebebasan (freedom)
3.kesenangan (fun)
4.rasa diterima dan disayang (love and belonging)
5.bertahan hidup (survival)
5 POSISI KONTROL
1.Penghukum
2.Pembuat merasa bersalahÂ
3.TemanÂ
4.PemantauÂ
5.Manajer
RESTITUSI
Restitusi adalah pendekatan yang dilakukan untuk mengembalikan murid kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat, dalam restitusi ini mencakup 3 tindakan yang semuanya menuntun murid untuk menyadari akan kesalahannya, bertanggung jawab atas perbuatannya dan menuntun murid untuk menemukan solusi atas permasalah yang dihadapi. Â
Langkah segitiga restitusi:
1. Â Â menstabilkan identitasÂ
2. Â Â validasi tindakan
3. Â Â menanyakan keyakinan.
Â