Mohon tunggu...
Kiki Daliyo
Kiki Daliyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswata

Penyuka film dan buku horor

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketegasan Seorang Ganjar Pranowo

15 Desember 2022   13:54 Diperbarui: 15 Desember 2022   14:02 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Harian Terbit 

"Pokoknya kalo kamu belum bisa menyelesaikan soal ini, jangan duduk dulu" ucap guru matematika kepadaku dan dua orang temanku.

Waktu itu masih menunjukkan pukul 08.00. Tepat satu jam kami menjalani hukuman untuk terus berdiri didepan kelas karena kesulitan mengerjakan soal matematika.

Bagiku matematika adalah salah satu pelajaran yang amat menyulitkan. Bermain dengan angka dan segala permasalahannya, membuatku muak. Tak salah bukan jika pelajaran satu itu adalah pelajaran yang kubenci.

Bukan perkara pelajarannya saja tapi juga dengan fasilitatornya. Namanya pak Alex. Killer adalah nama belakangnya. Keidentikannya dengan ranting kayu legendnyalah yang membuat semua murid menyematkan kekilleran di akhir namanya.

Tahu bukan fungsi dari tongkat bawaan guru killer apa? Ya, benar ranting kayu itu untuk menyapa murid-muridnya yang mbengkaleng.

Termasuk aku dan kawanku ini yang tidak paham-paham dengan materi yang diajarkannya. Lebih tepatnya malas memahaminya. Padahal kalau kata murid yang lain pelajaran ini masih masuk kategori mudah.

Kami yang masih berdiri di depan papan tulis inilah yang sudah pernah merasakaan sapaan tongkat legendnya. Di tanya sakit sih ya pasti sakit, kayu lho yang dilayangkan ke kita. Sasarannya tidak hanya kelasku saja tapi kelas lain pun juga sama.

Banyak yang tidak suka dengan Pak Alex, karena beliau sering menghukum muridnya. Aku pun juga sebenarnya gak suka dengan beliau karena sering memainkan tongkatnya itu.

Pukulan kecil hingga besar sudah pernah dipertontonkan beliau, tujuannya satu membuat kami jera, dan berbenah diri. Waktu itu aku masih belum memahami konsepnya yang sering mengajar murid dengan membawa ranting.

Satu tahun pun telah usai. Aku dan teman-temanku sudah naik ke kelas 8. Kelas dimana guru matematika nya sudah bukan Pak Alex lagi. Namun sialnya ibarat kata keluar kandang macan tapi masuk kandang singa, guru matematika di kelas 8 lebih killer dari Pak Alex.

Beni, nama guru matematikaku di kelas 8. Saking killernya beliau, banyak murid yang amat sangat takut kepadanya.

Bahkan saat pelajaran berlangsung, teman-temanku yang ingin pergi ke kamar mandi lebih memilih menahan keinginannya menyambangi toilet, sampai jam pelajarannya habis.

Pernah suatu kejadian saat dimana temanku sudah tak tahan lagi menahan hajatnya ke toilet, tapi ia tidak berani izin ke Pak Beni. Alhasil ya temenku yang sudah tak mampu menahan lagi pun akhirnya berak di celana.

Satu kelas pun heboh dibuatnya. Ada yang ketawa, ada yang muntah karena saking jijiknya dan masih banyak lagi. Suasana kelas menjadi ramai sekali karena peristiwa itu.

Keesokkan harinya pelaku yang menghebohkan kelas itu dipanggil untuk menghadap Pak Beni. "jika kau ada apa-apa bilang aja gapapa, saya gak marah kok, kalo kamu kaya kemarin kan malah buat seisi kelas heboh, pelajaran pun jadi terhenti, kan?" kurang lebih seperti wejangannya pada temanku itu.

Ia hanya mengangguk, mulutnya hanya mengeluarkan kata maaf saja. Tak lupa ia juga mengeluarkan alasan dibalik kejadian kemarin, "saya takut pak kalo bilang ke bapak, karena bapak ini terkenal galak dan suka menghukum murid" cicitnya ketakutan.

Pak Beni hanya tersenyum dan memberikan penjelasannya.

"saya begitu karena saya ingin murid-murid saya bisa mengikuti pelajaran, bisa memahami apa yang saya ajarkan, biar gak disepelekan juga. Matematika ini salah satu pelajaran yang akan jadi soal di UN nanti, jika saya gak tegas maka anak-anak ya gak bisa-bisa."

"Saya juga denger kata guru killer, saya kasih tau nak, killer yang dilakukan guru itu tindakan tegas, bukan semena-mena ingin memukul atau memarahi. Tidak seperti itu nak." ucap Pak Beni memberikan penjelasan.

Temanku pun setelah mengetahui alasan mengapa banyak guru yang terkenal killer itu sebenarnya bersikap tegas agar muridnya dapat melakukan tugasnya sebagai seorang siswa terlaksana dengan baik.

Dari kejadian itu, aku pun teringat sesuatu. Aku teringat jika ada saat di mana pemimpin nomor satu di Jateng juga pernah melakukan hal yang sama seperti guruku itu.

Gubernur Jateng itu juga pernah marah-marah saat menemukan kecacatan pada bangunan sekolah.

Suhunya Jateng inilah yang terkenal dengan tindakan marah-marahnya jika bertemu dengan ketidakberesan. Selain paras yang menawan, sosok jangkung itu menjadi kesayangan rakyat. semua tindak-tanduknya berhasil melelehkan rakyat.

Terkenal sebagai pribadi yang rendah hati, sabar serta peduli dengan rakyat, bukan berarti dia tidak pernah marah. Gubernur juga manusia biasa, namun menjadi gubernur bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan.

Gubernur harus benar-benar sigap dalam menghadapi sesuatu. Dihadapkan dengan permasalahan yang pelik dan njlimetnya seperti pelajaran matematika sudah biasa untuk mereka.

Yang menjadi sorotan itu bagaimana solusi yang mereka tawarkan, bagaimana tindakan yang mereka lakukan setelah masalah itu menerpa rakyat.

Mantan DPR RI itu pernah sangat marah dan murka ketika dirinya melakukan sidak bangunan sekolah di SMAN Tawangmangu. Sekilas bangunannya tampak rapi tapi ketika gubernur satu itu melakukan uji coba, terbongkarlah sudah.

Ternyata bangunan yang terlihat apik nan rapi itu temboknya hanya terbuat dari hardboard. Bukan dinding kokoh yang tersusun dari batu bata atau batako yang keras. Sekali tendang saja bisa langsung mendobrak ruangan dibalik papan itu.

Gubernur berambut putih itu murka, ia menendangi deretan tembok itu dan benar saja hampir keseluruhan di semua bangunan sekolah terbuat dari hardboard.

Dengan garang, suhunya Jateng itu meminta penjelasan kepada kontraktor yang mengomando pembangunan sekolah itu. Bahan yang seharusnya digunakan untuk membangun sudah mendapat dana yang sesuai, namun kenapa jadi begini?

Sejak awal ia sudah mewanti-wanti pihak kontraktor untuk "ojo pisan-pisan ngapusi duite rakyat". Pakai bahan yang berkualitas bagus, tapi mereka masih nekat mbalelo.

Setelah aksi protes dan gertak-menggertak itu, pihak kontraktor pun akhirnya mau untuk bertanggung jawab. Mereka janji akan memperbaiki bangunan sesuai dana yang sudah diberikan.

Yang seperti itulah alasan dibalik aksi marah-marah. Jika sikap tegas dan galaknya mantan DPR RI itu untuk membela rakyat, kekilleran guru inilah satu cara untuk mendidik muridnya.

Suhunya Jateng ingin memberikan yang terbaik untuk masyarakat terutama siswa yang akan bersekolah ditempat itu, guru pun juga ingin yang terbaik untuk siswanya agar bisa berguna di masa depan.

Cara memberi perhatian tiap orang berbeda-beda, namun memiliki makna nya sama. Perjuangan yang dilakukan pun melewati berbagai rintangan.

Namun semangat dan pantang menyerah gubernur berambut putih itu tak pernah surut dalam memberikan yang terbaik untuk rakyatnya, terutama dalam bidang pendidikan.

Kiki Daliyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun