Sepeninggal IbuÂ
Sejak berusia 12 tahun sepeninggal ibunya, Â Kayla Audria Anastasya dan Arsya Ukasya semakin tidak menikmati hidupnya dengan baik. Banyak hal yang disembunyikan, banyak hal yang diabaikan dan tidak dilihat sama sekali. bahkan adiknya yang sudah mulai beranjak TK yang awal mulanya dihantar terus oleh ibunya kini tidak ada yang mengantarnya. belum lagi si kecil anak terakhir yang masih berusia 1 Tahun, Safronia Amertha yang masih suci belum mengerti apa-apa harus kehilangan separuh jiwanya.
Di umur yang sebegitu mudanya, kayla ditinggal ibunya begitu saja tanpa adanya kabar berita yang jelas.
Setiap harinya hanya dijalani dengan tangisan, hari itu bertepatan dengan dimana pembagian ijazah untuk kelulusan sekolah dasar. Semua orang berdatangan dengan ibunya penuh dengan raut yang gembira dan bersemangat. Tapi tidak dengan kayla, kayla murung karena dirinya ditemani ayahnya. Dalam fikiran orang biasa, mungkin hal tersebut sama saja halnya mau ditemani siapapun, namun sangat berbeda bagi kayla, dia begitu dekat dengan ibunya sedari masih dibangku kelas 1 SD, semua ibunya yang mengurus, dari mengucir rambut, menggantikan seragam dan sepatu hingga mengantarkannya sekolah. Jika ditanya siapa yang paling berjasa sampai sekarang adalah ibunya, sebab semua ajaran diajarkan dari kecil oleh ibunya, pandai menulis, berhitung semuanya dari ibunya. Ayahnya hanya disibukkan bekerja diluar kota dan hanya pulang sehari saja dalam jangka waktu 2 atau 3 minggu sekali.
Berlanjut pada sekolah barunya, yaitu di Madrasah Tsanawiyah Negeri, dia melanjutkan sekolah disini dikarenakan nilainya yang kecil, tidak memenuhi kkm/nemnya kurang untuk di sekolah menengah biasa. Lagipun tempatnya kebanyakan jauh, jadi tidak memungkinkan untuk mengambilnya.
Menjalani hari sebagai seorang remaja memanglah sulit baginya, apalagi dengan semuanya yang dilakukan serba sendiri. Nasib baiknya, kayla masih mempunyai nenek yaitu ibu dari ibunya, adik laki-laki, adik perempuan beserta uwa (kakak dari ibu).
Kayla dari sini sudah mulai membenci ayahnya yang hanya sibuk bekerja tanpa memikirkan uang sekolah untuk anaknya, memang sungguh nahas perjalanan hidupnya, Arsya yang putus sekolah TK tidak diteruskan kemudian SD di bully namun tidak di lanjutkan lagi perjalanan pendidikannya dibiarkan begitu saja ketika orang membully arsya disekolah. Arsya ketakutan dan pada akhirnya keluarga dari ibu mengambilnya dan mengurusnya tanpa disekolahkan dan diberi nafkah oleh ayahnya.
Namun tidak separah itu karena dia masih dilindungi orang-orang baik yang menyayanginya.
Harinya dijalani dengan kesibukannya sendiri di sekolah, sesekali mengiri melihat teman yang suka menceritakan tentang keluarganya disekolah yang harmonis dengan ibu, bapak, beserta adik-adiknya.
Meira berceloteh dengan azka : "iyaaa kemarin bapak aku mau jemput tapi gak jadi coba?!"
Azka : "lahhhh, emangnya kenapa mei?"