Mohon tunggu...
Kidung Sableng
Kidung Sableng Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang biasa-\r\nbiasa saja, karena tidak memiliki sesuatu yang luar biasa.... dan masih belajar membiasakan diri agar terbiasa dengan segala hal diluar kebiasaan...\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dongeng Seorang Ibu Kepada Anak Lelakinya

27 Februari 2011   12:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:13 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surya hanya terdiam dan mulai berfikir, sang ibu pun kemudian melanjutkan dongengnya..

Beberapa diantara orang tua mengenangkan saat kesenangan, Dengan penuh rasa penyesalan, Seolah kesenangan itu dosa yang diperbuatnya, Tatkala sedang terbius di luar kesadarannya.

Tapi penyesalan ini hanya mengaburkan akal budi, Tiada berkemampuan menyucikan hati nurani, Seyogyanya mereka mengingat kesenangan yang lalu, Dengan rasa syukur dan terima kasih dalam kalbu, Sebagaimana mereka mengenang rahmat tuaian di musim panas ; Namun apabila rasa penyesalan lebih menenteramkan hatinya, Maka biarlah mereka menikmati ketenteramannya.

Dan ada di antaramu yang bukan lagi remaja namun masih perlu mencari, Pun belum terlampau tua namun memerlukan kenang-kenangan untuk digali,

Lalu menyingkirkan segala kesenangan yang ada di mayapada, Khawatir melemahkan kekuatan jiwa, Ataupun bertentangan dan merugikannya. Tapi dalam pencegahan diri inipun terletak kesenangan mereka, Dan dengan demikian mereka pun menemui sebuah mustika,

Walau semua mereka dengan tangan gementar, hanya mencoba menggali akar. Tetapi katakanlah padaku, siapakah yang dapat menenangkan jiwa?, Si burung bul-bul yang menyanyikan lagu merdu, Terganggukah olehnya ketenangan malam yang syahdu?.

Atau ambillah dia, si kunang-kunang, Adakah diganggunya keagungan bintang-bintang? Dan nyala api, ataupun asap bara, Adakah dia memberati angin?, Dan dikau mengira, bahwa jiwa merupakan danau yang tenang, Yang hanya dengan sentuhan sepucuk kayu, dapat kauganggu?...

Betapa seringnya, dengan menyingkirkan segala kesenangan, Kau hanya menimbun keinginan tersembunyi, di relung kesadaran. Siapa tahu bahwa apa yang nampaknya lenyap sekarang, dari permukaan, hanya menanti saat kebangkitan dihari kemudian?...

Bahkan jasmani memahami kodratnya dan keperluan hak alamiahnya, Serta tiada sudi mengalami tipuan dari akal manusia. Jasmani adalah kecapi jiwa, Tergantung kepada manusia, Untuk menggetarkannya dengan petikan lagu merdu, Ataupun suara yang tiada menentu.

Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu; bagaimana cara membedakan baik-buruk dalam kesenangan?, Maka pergilah engkau ke ladang, kebun dan tamanmu, Dan kau akan mengerti, bahwa bagi lebah, menghisap madu adalah kesenangan, namun bagi bunga pun memberikan madu adalah kesenangan.

Untuk lebah, bunga merupakan pancaran kehidupan, Untuk bunga, lebah merupakan duta kasih kehidupan. Dan bagi keduanya, sang lebah maupun sang bunga, Memberi dan menerima kesenangan adalah keperluan dan keasyikan. Rakyat Orphalese, bersenanglah bagaikan bunga dan lebah!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun