Mohon tunggu...
Kidung Sableng
Kidung Sableng Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang biasa-\r\nbiasa saja, karena tidak memiliki sesuatu yang luar biasa.... dan masih belajar membiasakan diri agar terbiasa dengan segala hal diluar kebiasaan...\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

MELETUS.

14 Desember 2010   12:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana berlanjut penuh syahdu-rayu, sedangkan istrinya yang lain sedang sibuk memasak hidangan untuk santap malam, peluh menghias wajah cantiknya... asap kayu bakar menghujam seakan meminta air mata.

" Maaf Pak !... saya mau pamit, besok saya akan kembali ke kota mencari pekerjaan lagi ", ucap anak gadisnya tiba-tiba, menghentikan aksi dua insan tersebut.

KD sontak kaget melihat anak gadisnya sudah berdiri di depan mereka.

" Mengapa kamu mau kembali ke kota lagi ??... tidak perlu kau mencari kerja lagi, hartaku tak akan habis dimakan sampai 7 turunan !", jawab KD sombong. " Iya !! ", celetuk istrinya dengan sorot mata penuh kebencian " Tapi... sa... ", " Sudah-sudah kalau kamu masih bersikukuh untuk pergi, silahkan saja !", kata KD memotong ucapan anaknya.

Anak gadis KD langsung berhambur menuju kamarnya, air mata mengucur di kedua pipinya. Hatinya begitu tersakiti melihat perubahan-perubahan perilaku bapaknya. Diambilnya catatan daun lontar tua pemberian kakeknya dulu yang dia simpan dan rawat dengan baik, kemudian dibacanya dalam hati... mungkin demi sekedar menghibur hatinya...

Serat Joko Lodang

Sasedyane tanpa dadya Sacipta-cipta tan polih Kang reraton-raton rantas Mrih luhur asor pinanggih Bebendu gung nekani Kongas ing kanistanipun Wong agung nis gungira Sudireng wirang jrih lalis Ingkang cilik tan tolih ring cilikira

Wong alim-alim pulasan Njaba putih njero kuning Ngulama mangsah maksiat Madat madon minum main Kaji-kaji ambataning Dulban kethu putih mamprung Wadon nir wadorina Prabaweng salaka rukmi Kabeh-kabeh mung marono tingalira

Para sudagar ingargya Jroning zaman keneng sarik Marmane saisiningrat Sangsarane saya mencit Nir sad estining urip Iku ta sengkalanipun Pantoging nandang sudra Yen wus tobat tanpa mosik Sru nalangsa narima ngandel ing suksma

( terjemahan )

Serat Joko Lodang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun