Suasana berlanjut penuh syahdu-rayu, sedangkan istrinya yang lain sedang sibuk memasak hidangan untuk santap malam, peluh menghias wajah cantiknya... asap kayu bakar menghujam seakan meminta air mata.
" Maaf Pak !... saya mau pamit, besok saya akan kembali ke kota mencari pekerjaan lagi ", ucap anak gadisnya tiba-tiba, menghentikan aksi dua insan tersebut.
KD sontak kaget melihat anak gadisnya sudah berdiri di depan mereka.
" Mengapa kamu mau kembali ke kota lagi ??... tidak perlu kau mencari kerja lagi, hartaku tak akan habis dimakan sampai 7 turunan !", jawab KD sombong. " Iya !! ", celetuk istrinya dengan sorot mata penuh kebencian " Tapi... sa... ", " Sudah-sudah kalau kamu masih bersikukuh untuk pergi, silahkan saja !", kata KD memotong ucapan anaknya.
Anak gadis KD langsung berhambur menuju kamarnya, air mata mengucur di kedua pipinya. Hatinya begitu tersakiti melihat perubahan-perubahan perilaku bapaknya. Diambilnya catatan daun lontar tua pemberian kakeknya dulu yang dia simpan dan rawat dengan baik, kemudian dibacanya dalam hati... mungkin demi sekedar menghibur hatinya...
Serat Joko Lodang
Sasedyane tanpa dadya Sacipta-cipta tan polih Kang reraton-raton rantas Mrih luhur asor pinanggih Bebendu gung nekani Kongas ing kanistanipun Wong agung nis gungira Sudireng wirang jrih lalis Ingkang cilik tan tolih ring cilikira
Wong alim-alim pulasan Njaba putih njero kuning Ngulama mangsah maksiat Madat madon minum main Kaji-kaji ambataning Dulban kethu putih mamprung Wadon nir wadorina Prabaweng salaka rukmi Kabeh-kabeh mung marono tingalira
Para sudagar ingargya Jroning zaman keneng sarik Marmane saisiningrat Sangsarane saya mencit Nir sad estining urip Iku ta sengkalanipun Pantoging nandang sudra Yen wus tobat tanpa mosik Sru nalangsa narima ngandel ing suksma
( terjemahan )
Serat Joko Lodang