Mohon tunggu...
Kidung Sableng
Kidung Sableng Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang biasa-\r\nbiasa saja, karena tidak memiliki sesuatu yang luar biasa.... dan masih belajar membiasakan diri agar terbiasa dengan segala hal diluar kebiasaan...\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humor

Kertas Kumal, Lusuh, yang "Membingungkan"?

6 Desember 2010   08:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:58 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Pagi yang cerah.... langit tampak bersahabat... burung berkicau merdu dengan beraneka nadanya, dingin embun pagi terasa sejuk pagi ini", gumam Ki Demang Ambeyen lirih.  Duduk di teras depan rumah sambil melihat orang lalu-lalang, ibu-ibu berangkat ke pasar, muda-mudi jalan pagi sekaligus memadu kasih, para pelajar berangkat menuntut ilmu, nona-nona cantik lari pagi guna menjaga ke"sexy"an-nya.

"Benar-benar pagi yang indah!", kata Ki Demang sedikit lantang dengan mata sedikit terbuka juga... ketika nona cantik tersebut lewat depan rumah, berlari kecil sambil tersenyum.

Diambil cangkir kopi yang baru dibuatnya tadi dari atas meja disampingnya, ... "Aromamu dari tadi sudah benar-benar menggoda imanku", kata Ki Demang Ambeyen sambil nyengir.  Diciumnya lagi aroma kopi tersebut dalam-dalam, hmmm.... tak terasa lidahnya pun ingin merasakan nikmatnya kopi pagi... didekatkannya bibir  cangkir tersebut, kemudian dicecap pelan serta dirasakan dengan ujung lidahnya.."Wah mantap! .. Maknyus... Passs rasanya !!", ucap Ki Demang kegirangan sambil kemudian menghisap dalam-dalam rokok teman setianya.

Setelah mencicipi sedikit kopi paginya, Ki Demang Ambeyen beranjak dari tempat duduknya melihat taman hijau kecil hasil karyanya. Tampak beberapa daun sudah mulai menguning, bunga yang sudah lama berkembang mulai layu dan rontok untuk digantikan dengan bunga yang masih kuncup dan mulai mekar.

Diraihnya gunting tanaman yang sengaja digantung di dinding, tangannya mulai memangkas daun dan bunga kering... sambil bibirnya mulai ngidung mengeluarkan suara yang lumayan  fals-fals basah  tentang kehidupan

( jawa : ngidung = nembang = syair yang dilagukan biasanya diiringi suling atau gamelan)....

" amenangi jaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni,boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada". ( ...terjemahan... )

menyaksikan zaman edan (gila), serba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila/ edan), tidak akan mendapat bagian, kelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia (selamat)  orang yang tetap ingat (Allah SWT) dan waspada.

Sepertinya penghuni taman sudah bosan mendengarnya, karena hampir setiap beraktivitas di taman selalu itu-itu saja yang dilagukan, sambil kadang diikuti dengan sedikit gerakan olahraga supaya ambeyen-nya gak kambuh.

Ketika tengah asyik dengan kesibukannya, tiba-tiba mata Ki Demang tertuju pada secarik kertas yang kumal dan sedikit basah terkena embun, ... sejenak dia menghentikan aktivitasnya... kemudian diambilnya sobekan kertas itu perlahan,....  "Lho ono tulisane tah??... opo iki..?? ", Katanya sedikit terkejut.

Coba dibacanya tulisan yang sudah kumal dan lusuh oleh embun itu dalam hati....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun