" Pagi yang cerah.... langit tampak bersahabat... burung berkicau merdu dengan beraneka nadanya, dingin embun pagi terasa sejuk pagi ini", gumam Ki Demang Ambeyen lirih. Duduk di teras depan rumah sambil melihat orang lalu-lalang, ibu-ibu berangkat ke pasar, muda-mudi jalan pagi sekaligus memadu kasih, para pelajar berangkat menuntut ilmu, nona-nona cantik lari pagi guna menjaga ke"sexy"an-nya.
"Benar-benar pagi yang indah!", kata Ki Demang sedikit lantang dengan mata sedikit terbuka juga... ketika nona cantik tersebut lewat depan rumah, berlari kecil sambil tersenyum.
Diambil cangkir kopi yang baru dibuatnya tadi dari atas meja disampingnya, ... "Aromamu dari tadi sudah benar-benar menggoda imanku", kata Ki Demang Ambeyen sambil nyengir. Diciumnya lagi aroma kopi tersebut dalam-dalam, hmmm.... tak terasa lidahnya pun ingin merasakan nikmatnya kopi pagi... didekatkannya bibir cangkir tersebut, kemudian dicecap pelan serta dirasakan dengan ujung lidahnya.."Wah mantap! .. Maknyus... Passs rasanya !!", ucap Ki Demang kegirangan sambil kemudian menghisap dalam-dalam rokok teman setianya.
Setelah mencicipi sedikit kopi paginya, Ki Demang Ambeyen beranjak dari tempat duduknya melihat taman hijau kecil hasil karyanya. Tampak beberapa daun sudah mulai menguning, bunga yang sudah lama berkembang mulai layu dan rontok untuk digantikan dengan bunga yang masih kuncup dan mulai mekar.
Diraihnya gunting tanaman yang sengaja digantung di dinding, tangannya mulai memangkas daun dan bunga kering... sambil bibirnya mulai ngidung mengeluarkan suara yang lumayan fals-fals basah tentang kehidupan
( jawa : ngidung = nembang = syair yang dilagukan biasanya diiringi suling atau gamelan)....
" amenangi jaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni,boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada". ( ...terjemahan... )
menyaksikan zaman edan (gila), serba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila/ edan), tidak akan mendapat bagian, kelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia (selamat)Â orang yang tetap ingat (Allah SWT) dan waspada.
Sepertinya penghuni taman sudah bosan mendengarnya, karena hampir setiap beraktivitas di taman selalu itu-itu saja yang dilagukan, sambil kadang diikuti dengan sedikit gerakan olahraga supaya ambeyen-nya gak kambuh.
Ketika tengah asyik dengan kesibukannya, tiba-tiba mata Ki Demang tertuju pada secarik kertas yang kumal dan sedikit basah terkena embun, ... sejenak dia menghentikan aktivitasnya... kemudian diambilnya sobekan kertas itu perlahan,.... "Lho ono tulisane tah??... opo iki..?? ", Katanya sedikit terkejut.
Coba dibacanya tulisan yang sudah kumal dan lusuh oleh embun itu dalam hati....
" Mengapa bertanya : Apa?, Siapa?, Apa sebenarnya yang ditanyakan?? " " Yang ditanyakan adalah hasil penginderaan". " Hasil penginderaan?? " " Ya. Apa yang anda lihat?... Apa yang anda dengar?... Apa yang anda cium?... Apa yang anda cecap? ...  Apa yang anda sentuh?? ". " Anda melihat seorang kuli bangunan mencari nafkah dengan meneteskan peluh yang tak terhingga seharian. Anda mendengar saudaranya mengatakan hasil tidak sebanding dan tidak cukup".
" Apa yang merasakan?".
" Anda melihat seorang penyeberang jalan tertabrak sebuah kendaraan, anda berusaha menolongnya dan lupa bahwa anda memiliki trauma melihat darah. Keesokan harinya anda mendengar kabar dari saudaranya bahwa orang yang anda tolong kemarin telah meninggal".
" Apa dan mana yang merasakan???"
" Apakah kedua rasanya sama???"
" Opo maksud e iki...???", kata Ki Demang Ambeyen sambil garuk-garuk kepala " Kertas koq mbingungi..!??", katanya lagi sembari menyimpan kertas tersebut dalam sakunya dan melanjutkan aktivitasnya lagi seperti biasa. "Apa ya maksudnya...????? ", Kata hati Ki Demang Ambeyen tetap mencari jawaban. ............................................................................................................................................................ Kidung Sableng sampaikan kertas kumal dan lusuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H