“Tanpa adanya upaya maksimal dari semua instansi yang bertanggung jawab pada bidangnya, kejadian serupa kemungkinan akan terjadi karena mereka beranggapan itu hanya sebagai musibah. Tegakan aturan dengan melalui proses penyidikan yang lebih komprehensif terhadap kejadian serupa,” ucapnya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan bersama dengan Indonesia Road Safety Partnership dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi menyusun rekomendasi untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang bersumber dari rem atau Rem Blong.
Menurut situs web Suzuki, ada beberapa penyebab mengapa kendaraan Anda bisa mengalami rem blong.
- Jarang dirawat.
- Kekurangan minyak rem.
- Faktor lain penyebab dari rem blong adalah masuknya udara ke dalam sistem pengereman yang memunculkan uap air. Uap air dihasilkan dari proses oksidasi yang dapat mengganggu sistem pengereman mobil Anda. Lama kelamaan uap air akan membuat minyak rem terasa panas. Minyak rem yang sudah panas akan mengakibatkan gangguan pada sistem pengereman. Tekanan dari minyak rem menjadi turun dan rem tidak bisa berfungsi dengan baik.
- Kualitas minyak rem Kualitas minyak rem juga bisa mempengaruhi kondisi rem. Pastikan beli minyak rem berkualitas bagus. Menggunakan minyak rem dengan kualitas buruk bisa mempengaruhi suhu minyak rem dan akhirnya blong.
- Sering menginjak pedal terus menerus menginjak pedal rem dalam waktu lama ternyata bisa menyebabkan blong. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya gesek antara kaki dengan pedal secara terus menerus dan mengakibatkan kaliper panas. Kaliper yang panas inilah yang bisa membuat rem menjadi blong.
Di Indonesia, sekolah mengemudi untuk pengemudi truk masih minim yang berdampak kurangnya kompetensi pengemudi. Dari mana mereka mendapatkan izin mengemudi? Tidak ada pelatihan sekolah khusus mengemudi bus maupun truk-truk besar. Memang ada sekolah swasta tertentu namun jumlahnya sedikit.
Kecelakaan truk masih sering terjadi, sudah sepatutnya mengenai kompetensi pengemudi harus ditingkatkan. Jangan sampai semua pengemudi truk yang ada di jalanan hanya mengandalkan pengalaman saja tanpa adanya edukasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H