Beberapa temuan tersebut adalah:
1. Pada periode 2040-2069 mendatang, suhu Indonesia diproyeksikan akan terus meningkat (terhadap suhu dasar 1971-2000) di seluruh negeri, melebihi lebih dari 20C.
Distribusi spasial curah hujan rata-rata periode referensi historis 1971-2000 dibandingkan dengan periode skenario target 2040-2069 menunjukkan bahwa curah hujan memiliki variabilitas spasial yang tinggi.Â
Beberapa daerah akan mengalami peningkatan sedangkan beberapa daerah lainnya akan mengalami penurunan curah hujan. Namun, total curah hujan tahunan rata-rata diproyeksikan meningkat hingga 40%.
2. Terdapat 8 provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Timur) yang dianalisis dampak perubahan iklim terhadap hasil panen tiga tanaman utama.Â
Hasil penelitian menunjukkan penurunan hasil pertanian yang ekstrim (<1,5 ton/ha) untuk padi/jagung dan (<0,5 ton/ha) untuk kedelai yang diprediksi terjadi di beberapa wilayah Jawa dan Nusa Ttenggara Timur selama 20-50 tahun mendatang.Â
Kabupaten Grobogan dan Jember yang selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras utama di Jawa Tengah dan Jawa Timur berisiko tinggi terhadap penurunan hasil di semua komoditas. Ketersediaan air di beberapa tempat di Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi akan menjadi kritis dalam 20-30 tahun ke depan.
3. Di tingkat rumah tangga, lebih dari sepertiga keluarga petani Indonesia diperkirakan rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Berdasarkan temuan, beberapa rekomendasi disarankan, bahwa input teknologi tinggi diperlukan untuk daerah berisiko tinggi, termasuk pengembangan dan peningkatan infrastruktur DAS, varietas unggul adaptif, benih bersertifikat, pupuk organik dan anorganik berimbang, mesin pertanian, pengaturan kalender tanam, dan penyuluhan untuk kesadaran informasi iklim. .Â
Kebijakan untuk merespons dampak perubahan iklim baik dalam waktu dekat maupun jauh ke depan harus dikembangkan dan dilaksanakan dengan tepat.
Kabupaten Indramayu di Jawa Barat ditetapkan sebagai lokasi pilot project peningkatan kapasitas masyarakat lokal dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Indramayu dipilih sebagai percontohan proyek ini karena daerah tersebut selama ini dikenal sebagai lumbung beras Jawa Barat. Oleh karena itu, petani berada di garda terdepan dalam menghadapi dampak perubahan iklim.